Jakarta – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Minggu, 5 Juni 2022, mengklaim sejumlah anggota Uni Eropa dan negara-negara di benua Eropa lainnya sedang panik oleh gelombang pengungsi Ukraina.

Menurut Erdogan, ketika Turki sukses menangani iregular migrasi yang berasal dari Suriah 11 tahun silam, Turki bisa melihat ada kepanikan di Eropa sebagai imbas krisis Ukraina – Rusia. Dia pun berharap dunia bisa mengatasi periode kritis ini secepatnya.
Menurut sebuah laporan yang dipublikasi oleh Amin Awad pada Jumat lalu, sejak Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada akhir Februari lalu, hampir 14 juta warga negara Ukraina kehilangan tempat tinggal.
Baca Juga : Selain Cina, Mentan Dorong Ekspor SBW ke Pasar Amerika dan Eropa
Dari jumlah tersebut, sebanyak 6 juta warga Ukraina mengungsi ke sejumlah negara tetangga.
Negara-negara anggota Uni Eropa seperti Polandia, Rumania, Rusia dan Hongaria telah menjadi incaran para pengungsi Ukraina.
Selain konflik Ukraina, Erdogan juga terganggu oleh Swedia dan Finlandia yang ingin menjadi anggota NATO. Kedua negara telah memasukkan lamaran menjadi anggota NATO pada pertengahan Mei 2022 lalu dengan menyebut adanya ancaman dari Rusia sebagai alasannya.
Erdogan menegaskan pihaknya akan tetap menghalangi kedua negara tersebut bergabung dengan NATO hingga Finlandia dan Swedia memenuhi permintaan Turki. Sebuah negara yang ingin menjadi anggota NATO harus mendapat persetujuan dengan suara bulat dari 30 negara anggota NATO.
Keberatan dari Turki secara efektif akan menempatkan harapan dua negara nordik tersebut untuk segera bergabung dengan NATO tertahan. Ankara berkeras mereka hanya memberi restu jika Finlandia dan Swedia berhenti menampung orang-orang yang ada sangkut pautnya dengan kelompok Kurdistan Workers Party (PKK) dan organisasi lainnya yang ada kaitannya dengan Kurdi, yang disebut Ankara sebagai teroris.