JAKARTA – Ketua organisasi Shiddiqiyyah (Orshid), Joko Harwanto mengklarifikasi video pengurus Orshid mengajak ratusan jamaah memperjuangkan Tarekat Shiddiqiyyah, setelah upaya penjemputa paksa (MSAT) di ponpes Jombang.

Baca Juga : DPUPR Tanggapi Video Viral Aspal Lunak

Joko mengatakan yang menjadi pembicara adalah salah satu pengurus organisasi Shiddiqiyyah bernama Edi Setiawan.

Selanjutnya, video tersebut berlangsung di kediaman Mursyid Tarekat Shiddiqiyyah, KH Muhammad Muchtar Mu’thi pada Jumat sore (8/7/2022). Saat itu pengurus Orshid menyambut kedatangan 318 orang yang baru dipulangkan dari Polres Jombang.

“Benar, dan kepentingannya adalah menyemangati 300-an santri yang baru dipulangkan dari polres. Bukan untuk provokasi,” katanya, Minggu (10/7/2022), dilansir cnnindonesia.com.

Dalam video berdurasi 2 menit 5 detik, Edi terlihat berbicara dengan kemeja hitam dan kopiah hitam. Ia menyampaikan orasi kepada orang-orang yang diduga jemaah Shiddiqiyaah dengan menyebutkan situasi yang mereka alami seperti perang Badar.

Selamat datang dari sebuah malam yang panjang. Selamat datang dari campur aduknya rasa kegelisahan, ketakutan dan kemarahan bak perang badar yang pernah dialami Rasulullah bersama 313 pasukannya melawan seribu pasukan kafir yang bersenjata lengkap. Seperti itu pula 316 orang kembali pulang dari perang badar Shiddiqiyyah (disambut teriakan takbir),” ujarnya.

“Kita tidak menyerang, merekalah yang menyerang. Kita tidak melawan, merekalah yang memukuli dan menendangi kita. Kita hanya bertahan untuk harga diri kita sebagai santri-santri Pesantren Shiddiqiyyah yang membela ulama warasatul ambiya yaitu beliau Sang Maha Guru kita Bapak KH Muhammad Muchtar Mu’thi. Dan kita mempertahankan pesantren kita yang telah dimasuki mereka-mereka yang hati nuraninya tertutup itu,” tambahnya.

Pembicara kemudian mengatakan bahwa apa yang terjadi pada jemaah adalah pengorbanan untuk kejayaan Shiddiqiyyah dan Indonesia Raya. Dia kemudian bertanya apakah jemaah shiddiqiyyah telah siap jika dibutuhkan. Jawaban itu kemudian dijawab dengan kesiapan jemaah.

“Sebagaimana perang badar, setiap tetes keringat teman-teman semua yang ada di sini, setiap kesakitan pukulan dan tendangan yang telah Anda terima, setiap darah yang menetes dari luka tubuh kita itu semua demi kejayaan Shiddiqiyyah, demi kejayaan Indonesia Raya,” katanya.

“Jika Shiddiqiyyah memanggil kita lagi, siap kita berjuang, siap kita berperang, siap kita membela Shiddiqiyyah, siap kita membela Sang Guru? (Disambut teriakan Siap). Insyaallah Allah meridhoi apa yang kita lakukan ini dan ini akan dicatat baik di dunia sebagai sejarah perkembangan pelestarian Shiddiqiyyah dan sampai nanti di akhirat (Diamini massa)” imbuhnya.

Setelah video itu beredar luas, pembicara Edi Setiawan mengklarifikasi. Ia membenarkan bahwa pembicara dalam video tersebut adalah dirinya. Sedangkan komunitas yang ditampilkan dalam video adalah 318 santri dan jemaah Shiddiqiyah baru saja dibebaskan oleh polisi.

Menurut Eddie, saat itu 318 jemaah dan santri kembali dalam kondisi kehilangan semangat, lunglai dan menangis haru.  Untuk ini dia mendorong mereka.

Dalam orasinya Eddie sengaja mengangkat kisah perang Badar, karena kedatangan 318 jamaah Shidakia dan Centri saat itu disambut dengan doa yang khusyuk.  Tentang pertanyaan ‘Apakah kita siap berperang?’  Eddie mengatakan tujuan perang adalah untuk melawan nafsu.

“Siap kita berperang melawan hawa nafsu? Maksud saya itu yang mau kami sampaikan sebagai akhir dan hikmah perang badar. Hanya saja saya mengakui kesalahan saat berbicara itu karena harus menelan ludah karena terharu yang dalam sehingga terjadilah selip lidah,” katanya.

“Sehingga saya hanya menyampaikan ‘siap berperang?’ Yang seharusnya ‘siap berperang melawan hawa nafsu?’,” tambahnya.