JAKARTA – Risiko stagflasi kini menghantui perekonomian Indonesia. Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Solikin Juhro mengatakan bahwa hal itu dapat mengancam pertumbuhan ekonomi yang kian pulih.

Baca Juga : Program P2L Tingkatkan Ekonomi Keluarga KWT

Solikin mengatakan, itu merupakan hal penting dan merupakan bank sentral dan semua otoritas berusaha untuk perjuangkan.

 

“Ini adalah hal yang penting. Ini adalah yang bank sentral dan semua otoritas berusaha perjuangkan,” kata Solikin dilansir dari CNNIndonesia.com.

Menurutnya risiko stagflasi yang dihadapi negara-negara di dunia berbeda, sehingga perlu dicermati lebih lanjut. Apalagi, inflasi yang melonjak tajam membuat kebijakan moneter lebih agresif.

Lanjut Solikin, kondisi ini dinilai tidak bisa dihadapi sendiri. Harus ada kerja sama dari berbagai negara untuk bisa menekan kenaikan harga-harga komoditas yang menjadi penyebab inflasi melonjak tajam.

“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Kita harus memiliki sinergi kebijakan yang lebih kuat, tidak hanya secara nasional, tetapi juga di tingkat internasional,” jelasnya.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo memaparkan jurus BI untuk mencegah stagflasi terjadi di Indonesia.

Pertama, kerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk menekan harga agar tidak terjadi lonjakan inflasi. Salah satunya dengan menambah anggaran subsidi energi agar tidak terjadi kenaikan harga.

Kedua, memperkuat tim pengendali inflasi pusat maupun daerah. Langkah ini untuk menjaga agar inflasi dari sisi pangan tetap terkendali.