Karena itu, kata Sri Mulyani, Indonesia ogah jumawa dan berbangga diri meski perekonomian dalam posisi yang saat ini tergolong aman. “APBN hingga Juni kita surplus, (tapi) kita tidak jemawa. Kita tahu situasi masih akan sangat cair dan dinamis,” kata dia.

“Berbagai kemungkinan terjadi dengan kenaikan suku bunga, capital outflow terjadi di seluruh negara berkembang dan emerging, termasuk Indonesia. Itu bisa mempengaruhi nilai tukar, suku bunga, dan bahkan inflasi di Indonesia,” lanjut perempuan yang karib disapa Ani itu.

Kemarin dulu, saat melaporkan kinerja APBN semester I-2022, Ani mengatakan, Indonesia mesti memikirkan cara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan situasi krisis global, utamanya yang terjadi pada negara mitra dagang, mengandalkan kinerja ekspor sebagai mesin pertumbuhan menjadi riskan.

“Domestic source of growth menjadi penting di dalam menjaga kinerja ekonomi kita. Pada saat ekspor kita bagus, kita mendapatkan eksternal balance, tapi karena dunia tidak pasti, maka kita tidak boleh hanya mengandalkan eksternal source, karenanya kita manfaatkan domestik,” jelas dia.

Namun dia masih optimistis, sokongan kinerja dagang akan mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022. Setidaknya, dengan capaian apik selama semester I, ekonomi nasional diyakini mampu tumbuh di kisaran lima persen.

“Adanya pengaruh windfall revenue komoditas dan juga pemulihan yang sangat kuat ini sangat positif. Sampai semester I pertumbuhan ekonomi di atas lima persen mungkin masih bisa kita jaga, kita harapkan ini bertahan,” jelas dia.

Baca Juga : Menkeu RI Tanggapi Viral Tagar ‘Stop Bayar Pajak’

Nonton Juga