CILACAP, RAKYAT.NEWS – Dalam rangka menyambut dan merayakan tahun baru 1 Muharram 1444 Hijriyah Desa Panulisan, Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap Gelar Wayang Golek dengan lakon ‘Gatotkaca Mangkat Birahi’. Pada Sabtu malam, 30/7/2022.

Kegiatan yang berlangsung di Pendopo Balai Desa Panulisan itu dipenuhi penonton, tumpah ruah warga desa, turut hadir pada kesempatan itu Camat Dayeuhluhur beserta Jajarannya, Forkompincam, Kepala Desa Panulisan Barat dan Panulisan Timur beserta perangkat Desa lainnya.

Selaku tuan rumah Kepala Desa Panulisan, Koko Waskono, menyambut dan mengapresiasi terwujudnya pagelaran Wayang Golek tersebut, Dia mengaku pertunjukan wayang tersebut merupakan inisiasi upaya Warga Masyarakat Desa Panulisan dalam melestarikan, mengembangan, dan sekaligus upaya pembinaan seniman, tenaga budaya, komunitas seni budaya di desanya.

“Ngarumat Budaya Pancen Urang Sarerea,” katanya.

Disampaikan bahwa ‘Nguri-nguri, merawat Seni Budaya Tradisi merupakan tanggung jawab kita semua. Dia menjelaskan di samping sebagai wahana hiburan warga masyarakat juga ruang apresiasi desa guna pemajuan kebudayaan.

“Melalui cerita Wayang, kita dapat hiburan, sekaligus bisa memetik tuntunan, tauladan, pengajaran, dan nilai budaya yang dibawakan yakni sosok figur lakon gatotkaca.” imbuhnya.

Camat Dayeuhluhur, Aji Pramono, mengapresiasi terselenggaranya acara tersebut. Dan mengungkapkan apa yang disampaikan oleh dalang secara jenaka dengan banyolan-banyolan (bobodoran) khas Sunda itu memberi kualitas pada kekuatan kebudayaan bahwa seni tradisi lisan harus dijaga, lestarikan dan kembangkan.

“Jangan diragukan lagi, nama Sunarya yang melekat pada dalang Warso Sunandar sudah merupakan jaminan mutu. Terlebih diiringi oleh Sinden senior, terlebih lagi grup penayagan, pengrawit yang mumpuni. Pertunjukan menjadi makin hidup dan ikonik.” akunya

Menurutnya Wayang Golek merupakan seni tradisional orang sunda, pertunjukan melalui media wayang yang terbuat dari boneka kayu ini masih kentara dan sangat populer di wilayah Cilacap bagian barat terutama di Kecamatan Dayeuhluhur yang konon termasuk priangan timur tanah Pasundan.

“Orang Dayeuhluhur yang mayoritas sunda ini harus benar-benar merasa memiliki, merawat, menjaga dan mengembangkan warisan budaya adiluhung ini, harapan kita semua, jangan sampai punah.” pungkasnya.

Perlu diketahui Wayang golek sebagai warisan budaya orang sunda yang penyebarannya terbentang luas dari Cirebon, Ciamis di sebelah timur sampai wilayah Banten di sebelah barat, bahkan di daerah Jawa Tengah bagian barat yakni Cilacap, Brebes, Tegal yang berbatasan dengan Jawa Barat.

Sementara itu Benny Gondrong, atas nama panitia penyelenggara pagelaran wayang golek menyampaikan bahwa lakon Gatotkaca sebagai sosok atau figur wayang yang memiliki laku lampah dan sifatnya yang patut diteladani oleh kita sebagai manusia.

“Gatotkaca mempunyai sifat berani, teguh, tangguh, cerdik, waspada, gesit, tangkas, tabah dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar.” terangnya.

Disampaikan pagelaran wayang golek dalam rangka ‘nguri-nguri tradisi dengan lakon sosok dan figur Gatotkaca tersebut mengajarkan pada kita semua untuk selalu mengingat dan menghargai siapa yang telah berjasa dalam perjalanan menuju kesuksesan, juga untuk tak lupa membalas kebaikan budi mereka.

Dia menerangkan dalam kisah Gatotkaca membalas kebaikan Arjuna, dengan menjaga anaknya. Bahkan tak masalah jika nyawa menjadi taruhannya.

“Arjuna adalah sosok yang berjasa bagi Gatotkaca, karena pernah berhasil memotong tali pusarnya semasa kecil. Maka dari itu, Gatotkaca merasa berhutang budi.” ungkapnya.

Disampaikan Gatotkaca merupakan
salah satu tokoh dalam wiracarita Mahabharata yang berasal dari keluarga Pandawa.

Dalam dunia pewayangan, Gatotkaca dikisahkan memiliki kesaktian luar biasa.

Gatotkaca bisa terbang ke angkasa tanpa menggunakan sayap. Bahkan dia terkenal dengan julukan ‘otot kawat balung (tulang) besi’.

Di samping itu adapun siapa dia dan dari mana dia, diceritakan gatotkaca adalah sosok pewayangan yang mempunyai Garis Keturunan Raksasa.

Ibu Gatotkaca, Dewi Arimbi adalah seorang putri Kerajaan Pringgadani yang merupakan kaum raksasa.

Maka, sebagaimana diceritqn dari berbagai sumber, sebagian besar kekuatan luar biasa yang ada dalam diri Gatotkaca turut dipengaruhi oleh garis keturunannya.

Selain itu, dia pun pernah dikisahkan menjadi pemimpin Kerajaan Pringgadani untuk beberapa waktu.

Meninggal karena Pusaka yang Pernah Menyelamatkannya

Akhir hidup dari Gatotkaca ternyata dipenuhi ironi. Sebab Gatotkaca meninggal karena tertembak senjata Kuntawijayadanu pada bagian pusarnya.

Padahal sebelumnya, sarung dari pusaka Kuntawijayadanu ini telah menyelamatkan Gatotkaca saat masih kecil, karena berhasil memotong tali pusarnya.

Namun dengan begitu, Gatotkaca hanya bisa terluka bahkan terbunuh karena pusaka tersebut.

Gatotkaca menghembuskan napas terakhirnya saat perang Barathayuda. Kala itu, dia mencoba terbang setinggi-tingginya agar terhindar dari pusaka Kuntawijayadanu yang digunakan Karna.

Namun sebelum meninggal, Gatotkaca berhasil membunuh banyak pasukan Kurawa saat terjatuh ke Bumi.