JAKARTA – Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan percaya bahwa harga gandum akan turun seiring dengan membaiknya panen komoditas tersebut pada sejumlah negara dan percaya bahwa isu mengenai kenaikan harga mie instan sebesar tiga kali lipat tidak akan terjadi.

Baca Juga : Mentan Sarankan Santapan Alternatif Pengganti Gandum

Ia mengatakan bahwa wacana tersebut bercermin dari gagalnya panen di beberapa negara dan berbanding terbalik dengan saat ini yang sukses dalam panen.

“Enggak (naik). Dulu kan gagal panennya (gandum) Australia, Kanada, Amerika gagal, sekarang panennya sukses,” ujar Zulhas dilansir dari CNNIndonesia.com.

Ia menambahkan, terlebih Ukraina yang telah dapat mengekspor gandum sehingga harga komoditas itu akan turun pada September mendatang.

“Apalagi sekarang Ukraina bisa jual (gandum). Mungkin September trennya akan turun,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan harga mi instan akan naik tiga kali lipat karena ratusan ton gandum tertahan akibat perang Rusia-Ukraina, sehingga harganya naik.

Syahrul mengatakan gandum yang merupakan bahan baku mi tengah harganya tengah melonjak.

“Belum selesai dengan climate change, kita dihadapkan perang Ukraina-Rusia, di mana ada 180 juta ton gandum tidak bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) 3 kali lipat,” katanya.

Serupa, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyampaikan kenaikan harga gandum akibat invasi Rusia ke Ukraina akan berdampak pada harga pangan seperti roti dan mi di Indonesia. Sebab Indonesia masih bergantung pada gandum dari dua negara tersebut.

“Ini hati hati yang suka makan roti yang suka makan mi, harganya bisa naik. Karena apa? ada perang di Ukraina. Kenapa perang di Ukraina mempengaruhi harga gandum? Karena produksi gandum 34 persen berada di negara itu. Rusia, Ukraina, Belarusia semua ada di situ. Di Ukraina saja ada stok gandum,” papar Jokowi.