JAKARTA – Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Benny Jozua Mamoto, mengaku marah kepada Irjen Ferdy Sambo.

Baca Juga : Dinilai Hambat Kasus Brigadir J, 3 Jenderal Dimutasi

Ternyata Irjen Ferdy Sambo menyusun skenario palsu atas meninggalnya Brigadir Pol Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J.

Ini dilaporkan oleh Benny pada program ‘Rosi’ dengan tema ‘Jejak Kompolnas “Bela” Sambo’, yang dibawakan oleh Rosianna Silalahi, di KOMPAS TV, pada Kamis (11/8/2022).

“Kalau mau bicara marah, saya marah sekali, karena bagaimana pun saya terdampak dengan masalah ini, saya lebih marah lagi kepada yang menyusun skenorio ini,” katanya.

“Karena banyak korban yang ditimbulkan karena peristiwa ini,” ucapnya.

Sedangkan Benny memiliki rekam jejak yang malang melintang di kepolisian.

Tercatat bahwa ia pernah menjadi anggota Densus anti-teror dan reserse yang telah mengungkap banyak kasus pembunuhan besar.

Tapi kemudian Rosi bertanya-tanya, mengapa Benny yang 25 tahun dari Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin), bisa menjustifikasi kematian Brigadir J, dengan motif tembak menembak.

Benny terkenal mengeluarkan pernyataan bahwa Bharada Richard Eliezer atau Bharada E adalah pasukan yang jago menembak.

Selama ini Brigadir J yang tewas dikatakan tidak bisa membidik senjatanya karena dalam keadaan panik.

“Sekali lagi yang kami sampaikan adalah diberikan oleh sumber resmi, ternyata berbohong dan saya jadi korban,” ucapnya.

“Kedua ketika saya mengulas sesuatu memang background saya kebetulan di dunia menembak, 25 tahun saya ada di Perbakin, jadi kalau bicara teknis saya paham betul,” paparnya.

Namun, Benny yang memiliki rekam jejak cemerlang di kepolisian berpangkat Inspektur Jenderal itu dipersoalkan karena hanya memercayai keterangan seorang perwira polisi berpangkat kombe (Kapolres Metro Jakarta Selatan) dalam kematian Brigadir J.