RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Baru-baru ini Libya dihanyutkan banjir bandang disebabkan oleh Badai Deniel yang menerjang Pantai Mediterania pada Minggu, 10 September lalu. Kejadian tersebut disertai dengan angin kencang 70-80 kilometer dan menewaskan 6.000 orang

Badai yang mencapai sejumlah kota seperti Benghazi, Susa, Bayda, dan Al-Marj ini paling berdampak parah di Kota Derna, Libya Timur, lantaran dua bendungan di sekitar kota jebol.

Banyak orang diduga hanyut terbawa arus. Sedikitnya 10.000 orang masih dilaporkan hilang.

Badai Daniel terbentuk di Yunani dan dinamakan demikian oleh Hellenic National Meteorological Service.

Saat bergerak menuju Libya, Badai Daniel mengembangkan karakteristik Medicane alias Mediterranean Hurricane. Fenomena hibrida ini menunjukkan beberapa ciri siklon tropis dan lainnya di antara jenis badai lintang tengah.

Badai Daniel secara historis beraktivitas bahkan memuncak antara September dan Januari.

Berdasarkan informasi World Meteorological Organization (WMO) yang dikutip dari CNNIndonesia.com, Badai Daniel pernah menyebabkan curah hujan yang memecahkan rekor di Yunani pada 5-6 September yakni sebesar 750 milimeter dalam 24 jam. Saat itu Badai Daniel tercatat di Desa Zagora.

Curah hujan seperti itu pada dasarnya setara dengan 18 bulan curah hujan. Kemudian di Thessaly, Yunani tengah, banyak stasiun cuaca mencatat 400-600 milimeter curah hujan dalam kurun 24 jam.

Thessaly adalah jantung pertanian Yunani sehingga dampak ekonominya diperkirakan cukup serius.

Badai Daniel di Yunani saat itu pun menerjang negara yang sedang berjuang melawan kebakaran hutan terbesar di Eropa.

Bencana akibat Badai Daniel ini tak ayal menambah daftar panjang peristiwa ekstrem yang telah menyebabkan hilangnya mata pencaharian dan kehidupan di banyak negara di seluruh dunia dalam beberapa bulan terakhir.