Jastru itu, Sirod menganggap atensi kebersamaan dari perusahaan-perusahaan besar swasta nasional tersebut menunjukan kekuatan bisnis nasional bangsa ini sebenarnya.

“Coba lihat LG, Hyundai, Samsung di Korea atau Honda, Toyota dan Sony Jepang, mereka adalah kekuatan ekonomi swasta nasional di kedua negara yang diorkestrasi oleh kekuatan politik nasional mereka, sehingga menjadi kekuatan ekonomi global. Kita bisa menggunakan IKN sebagai jalan menguatkan ekonomi nasional, menumbuhkan perusahaan-perusahaan ini menjadi perusahaan level global dengan jalan investasi yang awalnya di IKN ini.” tandasnya.

Sirod sangat mengagumi sosok Jokowi sejak ia menjabat Gubernur DKI di 2012, karena Sirod menilai sosok Jokowi itu bertangan dingin, system changer, tidak emosional serta sabar membangun jakarta lebih baik dengan cepat.

“Sayangnya banyak elit politik yang menginginkan Jokowi segera menjadi Presiden Republik Indonesia, padahal menurutnya Jakarta masih butuh beliau setidaknya selesaikan sampai 10 tahun masa kerja” ujar dia.

Saat Anies Baswedan menjabat Gubernur DKI, Jakarta tidak mampu melakukan perubahan mendasar seperti dilakukan Jokowi semasa menjabat Gubernur DKI Jakarta.

“Anies ini Prosedural, hanya mengikuti peta kerja birokrasi yang sudah ada, dan cenderung populis saja, bukan risk taker, terkadang menabrak rasionalitas di lapangan, tetapi cerdas dan cermat membangun narasi publik.” ulas Sirod.

Karena Jakarta tidak terkelola dengan baik, ditinggal Joko Widodo dan tidak berlanjut secara systemic di masa Anies, maka IKN adalah solusi jenius membantu daya dukung lingkungan Jakarta dengan mengurangi beban kota metropolitan yang dulu bertama Batavia dan Jayakarta ini dengan memindahkan pusat pemerintahan ke Kaltim.

“Rupanya Joko Widodo, memegang teguh janji-janjinya dulu mas, bahwa ia akan selesaikan masalah Jakarta dengan menjadi Presiden dan memegang kendali pusat pemerintahan, masyaallah” pungkasnya.