RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kini memberlakukan strategi ekonomi biru untuk maksimalkan potensi sumber daya laut yang menjadi kekuatan ekonomi Indonesia.

Ekonomi biru mencakup lima hal, yaitu perluasan kawasan konservasi laut dan penerapan kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota dan pengembangan perikanan budi daya laut.

Selanjutnya, pesisir dan darat yang berkelanjutan, pengawasan dan pengendalian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, serta pembersihan sampah plastik di laut melalui gerakan partisipasi nelayan.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan bahwa ekonomi biru merupakan upaya pemerintah dalam menyeimbangkan sumber daya alam perikanan untuk kepentingan ekologi dan ekonomi.

“Salah satu contoh, konservasi. Konservasi itu kalau dijaga dengan baik dia akan memproduksi serapan karbon itu, karbon biru, serapan karbon itu, kita bisa juga nanti ada carbon trade, dan lain sebagainya, berapa produksinya, berapa ukurannya,” ujarnya usai Rapat Kerja Teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2024 di Hotel Tentrem, Kota Yogyakarta, Rabu (6/3/2024), mengutip CNNIndonesia.com.

“Kedua, ikannya. Kalau lautnya bersih, ikannya itu bebas dari kadar merkuri, bebas dari kadar mikroplastik, dan itu bisa terjamin, dan itu bisa terukur. Kalau itu bisa terjadi, value-nya itu akan berlipat-lipat dari suplai yang ada,” pungkas Sakti.

Maka dari itu, Sakti mengklaim bahwa volume produksi ikan dalam negeri sangat siap mendukung program makan siang gratis Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. “Oh, sangat siap. Nggak ada masalah kan,” kata Sakti.

Sakti menuturkan, produksi ikan dalam negeri sekarang ini mencapai rata-rata 13 juta ton per tahun dari hasil tangkapan maupun budi daya.

“7 juta dari perikanan tangkap, 6 juta dari budi daya, kadang-kadang (volumenya) bolak-balik, antara 12-13 juta (ton per tahun),” klaimnya.