“Selama ini kami punya persentuhan dengan kurang lebih 16 organisasi. Ya baik itu organisasi pemerintahan maupun non pemerintahan sehingga saya menilai KoMA adalah mitra kolaborasi yang paling tepat untuk bisa saya minta menangani pembenahan dari sisi pengetahuan manajemen, terutama manajemen keuangan,” imbuhnya.

Bahkan, Zulkarnain yang juga aktif meneliti Pilkada di Sulsel lewat karyanya yang sudah dibukukan itu dengan judul “Perempuan di Pemilu Lokal”, mengatakan bahwa kampus juga punya kewajiban untuk keluar melayani masyarakat melalui Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). “Dan kalau kita berbicara apakah ada implikasinya pada Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), jawabnya pasti. Tidak ada lagi alasan bagi kampus untuk tidak terjun ke masyarakat. Nah kira-kira inilah yang saya sebutkan dengan era kolaborasi,” papar Zul yang juga anggota IKAL Taplai Lemhannas RI.

“Pusdiklat Jurnalis Online Indonesia ini kan sudah lima tahun dan kami sudah bekerja sama dengan institusi Polri-TNI, Pemerintah Daerah-Kabupaten, juga provinsi,” ujarnya. Sebentar lagi kita akan melakukan pelatihan kewirausahaan, dan di Agustus nanti Lembaga Konsultan yang dibawahinya, juga akan kolaborasi Trimitra dengan organisasi Pemuda Pancasila (PP) Kabupaten Bantaeng, tematik ‘Pemuda Tanggap Bencana’ itu memberikan nilai plus bagi bangkitnya kepekaan sosial pemuda tambahnya.

Menurutnya, itu bukan hanya sisi tentang pengetahuan kewirausahaannya saja, tetapi juga pada bagaimana aspek-aspek publikasi media yang penting diketahui oleh para pengelola unit usaha, agar mereka tahu bagaimana media itu punya peran. “Ini bagian yang kerap saya sebutkan implementasi program Pentahelix, tidak ada satupun organisasi baik pemerintah maupun non pemerintah yang bisa hidup dan berkembang sendiri tanpa bantuan Penta lainnya, terakhir media,” ujarnya.(@)