JAKARTA – Hasil laboratorium gas air mata pada Tragedi Kanjuruhan sudah keluar, namun Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam belum mampu merincikan hasil tes tersebut.

Baca Juga: Saksikan Voli PORPROV Sulsel XVII, Pacu Semangat Atlet

Anam mengatakan, Komnas HAM masih butuh tes pembanding untuk mengetahui kandungan berbahaya dalam gas air mata yang disemprotkan saat tragedi Kanjuruhan itu.

“Proses hasilnya sudah ada, cuma memang butuh untuk pembanding,” kata Anam dilansir dari CNNIndonesia.com.

Anam berkata tes itu diambil dari sisa gas air mata yang menempel di salah satu pakaian korban. Selanjutnya, sebagai pembanding, Komnas HAM harus mencari sisa gas air mata dari pakaian korban lain.

Saat ini, kata Anam, Komnas HAM sudah mendapat jaket dari korban. Namun, menurut dia pakaian tersebut terlalu besar, sehingga pihaknya masih mengusahakan untuk mencari pakaian lain.

“Kemarin kami dapat jaket walaupun itu terlalu besar, sehingga memang kita lagi mencari pembanding yang lebih kecil,” ujarnya.

Anam menyebut proses uji laboratorium yang dilakukan Komnas HAM bekerja sama dengan Aremania suporter Arema FC, sebab sampel gas air mata merupakan temuan mereka.

“Sebenarnya kan kami itu bekerja sama dengan teman-teman Aremania. Yang menemukan (gas air mata) juga mereka, membawa ke laboratorium juga mereka sendiri. Laboratoriumnya dipilih oleh mereka sendiri,” kata Anam.

Lanjutnya, Komnas HAM melihat barang tersebut dan telah membuat surat ke laboratorium.

“Komnas HAM melihat barangnya, melihat bentuknya, membuat surat untuk ke laboratorium itu sebagai satu proses satu yang formal,” imbuhnya.

Sampai saat ini, kata Anam, Komnas HAM masih meyakini penyebab utamanya jatuhnya korban jiwa hingga mencapai 135 orang disebabkan gas air mata yang ditembakkan polisi.