JAKARTA – Di pelataran Monas bagian Barat Daya Jakarta, Indonesia, suara anak yang tertuang dalam spanduk sepanjang 220 meter yang ditujukan kepada para Pemimpin Dunia di G20. Ratusan anak dari 12 negara dan 4 benua menyampaikan dampak krisis iklim yang mereka rasakan dengan harapan kepada Pemimpin Dunia untuk memprioritaskan aksi nyata atasi krisis iklim dan kemiskinan pada anak.

Baca Juga : Disanksi BEI, PT Ajaib Buka Suara

Chief Of Advocacy Campaign, Communication & Media- Save the Children, Troy Pantouw menemukan bahwa sekitar 774 juta anak di seluruh dunia, atau sepertiga dari populasi anak dunia, hidup dalam kemiskinan yang parah dan risiko iklim yang tinggi. Indonesia menempati urutan kesembilan secara global untuk jumlah anak yang mengalami kedua ancaman tersebut.

“Suara anak dari empat benua sangat penting untuk segera didengarkan dan ditanggapi oleh para pemimpin di G20. Pada G20 Summit  bulanNovember nanti, kami mendorong agar Para pemimpin G20 segera memprioritaskan aksi nyata untuk mengurangi emisi  dan membantu anak-anak yang paling terkena dampak krisis iklim dan kemiskinan,” katanya.

Laporan “Generation Hope” juga menunjukkan bahwa lebih dari 60 juta anak di Indonesia mengalami setidaknya satu peristiwa iklim ekstrem dalam setahun. Fakta ini mengungkapkan bahwa anak-anak tumbuh dalam situasi rentan dan menanggung beban tambahan, karena tumbuh dalam situasi terancam, disamping anak juga memiliki kondisi kerentanan baik secara fisik, sosial maupun ekonomi.

Anggota Child Campaigner Yogyakarta, Aruna mengatakan Bahia Anak muda sekarang semakin sacar akan tantangan serta risiko dari krisis iklim.

“Anak muda sekarang semakin sadar akan tantangan dan risiko dari krisis iklim yang akan dihadapi”. Bersiap menghadapi risisko tersebut, kami memilih untuk menjadi agen perubahan. Melalui aksi-aksi yang kami lakukan, seperti membersihkan sampah plastik di bantaran sungai, memilah sampah, tidak menggunakan plastik, menanam pohon bakau, meningkatkan kesadaran anak – anak terhadap pentingnya menjaga lingkungan dengan pentas seni, sampai dengan melakukan advokasi mengenai krisis iklim, kami menunjukkan bahwa kami tidak hanya peduli, tapi juga bertindak secara nyata,” jelasnya.

Aruna juga menyuarakan tentang keadilan iklim baginya hal ini menyangkut dua dimensi yaitu hak hidup dengan kualitas lingkungan sehat yang sama dan jaminan lingkungan aman serta  lebih baik untuk para generasi masa depan.

“Untuk itu, keadilan iklim mesti disuarakan dan diadvokasi oleh semua pihak baik kepada pemerintah, perusahaan, masyarakat sipil, akademisi, dan juga kami semua anak – anak dan orang muda. Dengan memastikan bahwa kami diberi hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan dan pembangunan yang akan sangat berpengaruh terhadap Bumi,” tegasnya.

Suara anak dari empat benua merupakan bagian dari kampanye Aksi Generasi Iklim Save the Children Indonesia. Pengumpulan suara anak anak  dilakukan kurang lebih empat bulan dengan melalui berbagai proses. Di Indonesia, sejak Juli Save the Children berhasil menjaring lebih dari 20,000 suara anak mengenai persepsi mereka tentang dampak krisis iklim yang mereka rasakan. Suara tersebut dipublikasikan melalui berbagai aksi kegiatan yang diinisiasi oleh anak-anak dan orang muda yang tergabung sebagai Child Campaigner Save the Children Indonesia di Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Sulawesi Tengah.