‘’Banyak pengusaha kaya di Makassar, bahkan di Sulsel. Tapi tidak banyak pengusaha yang mau berkorban. Bantuan ini sangat berarti bagi kami. Apalagi anggaran yang digelontorkan oleh Pemprov Sulsel  untuk para atlet dan pelatih dalam rangka persiapan PON sangat minim. Sekecil apapun bantuan para pengusaha sangat berarti bagi kami,” kata ARA yang juga Ketua Pengurus Daerah Indonesia Off-road Federation (Pengda-IOF) Sulsel ini.

 

Hal senada dikatakan manajer tim tinju Sulsel, Muh Tawing. Ia juga merasa terbantu. Apalagi di PON XX kali ini pengurus cabang olahraga (Cabor) yang sudah berupaya membina atlet dari nol hingga meraih tiket menuju ajang multi event tersebut sama sekali tidak diakomodir oleh Dispora Sulsel dengan alasan keterbatasan anggaran.

 

‘’Anggaran PON yang disiapkan oleh Pemprov Sulsel hanya Rp 30 miliar. Itupun hanya rp 20 miliar yang dikelolah oleh KONI Sulsel. Selebihnya Rp 10 miliar dikelolah oleh Dispora Sulsel untuk keperluan TC dan perlengkapan kontingen berbasis kinerja,” jelas Tawing yang juga Ketua Pengkot Pertina Makassar tiga periode ini.

 

Untuk diketahui di PON XX Papua yang berlangsung 2 sampai 15 oktober 2021 Sulsel meloloskan lima petinjunya. Masing-masing edmpat putra dan satu putri. Petinju putra yakni Haris Mongga kelas 91 kg, John Yambe, kelas 75 kg, Daud Fairyo kelas 64 kg dan Josua Holy Masihor, kelas 52 kg.

 

Nama terakhir merupakan petinju andalan Sulsel yang diharapkan bisa membawa pulang medali emas. Petinju berusia 21 tahun ini dibebankan medali emas karena alasan saat ini dia masih terbaik di kelasnya.

 

Holy adalah salah satu putra Dufri Masihor, petinju Sulsel peraih medali emas PON dan petinju Indonesia peraih medali emas  SEA Games. Ia juga diamanahkan oleh Pengprov Pertina Sulsel menjadi pelatih bersama pelatih tinju senior Sulsel Albert Lala’ar.