“Memang butuh biaya perawatan yang besar. Apalagi kalau mau ditambah fasilitas lainnya untuk memenuhi standar kawasan ekowisata. Pendanaan untuk mendukung pelestarian kawasan ini awalnya dari Australia dengan sebuah program. Menyusul program CSR dari beberapa institusi. Seingat saya, Pemkot Makassar belum pernah berikan dukungan dana untuk pelestarian dan pengembangan,” tutur Daeng Saraba.

Untuk bertahan, kata Daeng Saraba, hanya mengandalkan pemasukan dari retribusi masuk, Rp 5 ribu per orang.

“Nilainya kecil, tidak sebanding dengan biaya perawatan dari kerusakan jembatan dan fasilitas lain apalagi untuk pengembangan. Tapi bertahan saja. Paling tidak, warga sudah menyadari pentingnya pelestarian hutan mangrove,” tutup Daeng Saraba. (𝑺𝒂𝒍𝒗𝒊𝒂𝒉 𝑰𝒌𝒂 𝑷𝒂𝒅𝒎𝒂𝒔𝒂𝒓𝒊)