Selain itu, Vale juga telah membuka wawasan untuk pertanian yang tidak hanya untuk konsumsi pribadi dan keluarga melainkan penopang kesejahteraan juga.

“Awalnya bercocok tanam itu dilakukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan makan saja. Tanaman yang di tanam pun tidak banyak. Berbeda saat ini, selain kami makan dan simpan sebagai persediaan bahan makanan hingga panen selanjutnya, jenis tanaman yang dihasilkan kemudian diolah menjadi produk yang bernilai,” papar lansia yang terlihat begitu semangat.

Kami mampu menghasilkan uang sendiri dari hasil pertanian yang tidak menggunakan pupuk kimia dalam proses pertumbuhannya.

Per bungkusnya Haritje mengatakan dimulai dari harga 10 ribu hingga ratusan ribu. “Tergantung dari jenis dan isinya,” sebutnya.

Penghasilannya ini beber Haritje mampu menopang biaya hidup keluarganya untuk urusan dapur.

Lahan olah warga Padoe untuk tanaman obat
Lahan olah warga Padoe untuk tanaman obat

Sementara, Meri perannya sebagai ketua kelompok tani wanita Padoe membuatnya semakin semangat dalam melakukan segala aktivitas kesehariannya.

Meri seorang ibu rumah tangga, selain harus mengurus rumah dan keluarganya juga mampu mengurus dan menyelesaikan pekerjaan berkebunnya.

Bersama kurang lebih 20 wanita lainnya yang tergabung dalam kelompok tani wanita Padoe, Meri mengaku mendapat pendampingan dari Vale.

“Vale bukan sekedar perusahaan tambang disini, ia memiliki perhatian bukan hanya pada lingkungannya pasca tambang tapi juga kepada kami wanita-wanita seperti kami ini,” katanya.

Tidak hanya dua wanita itu, wanita lain pun yang tergabung dalam kelompok usaha wanita tidak menyianyiakan kesempatan emas menghasilkan uang tanpa harus meninggalkan pekerjaan utamanya.

Wanita Penghasil Jamu

Ia bukanlah penduduk asli disana. Kesehariannya dimanfaatkan untuk bergabung bersama warga sekitar dalam meracik (membuat) jamu.