Meski sudah dikenal, lanjut dia, tapi batik ini masih perlu strategi pemasaran yang lebih baik agar batik Rongkong bisa betul-betul dimiliki, tak hanya masyarakat Luwu Utara, tetapi juga masyarakat di seluruh Indonesia. Mengingat batik adalah warisan budaya Nusantara yang wajib dilestarikan. “Kalau kita menginginkan batik Rongkong dikenal, maka upaya promosi harus dilakukan, tentu dimulai dari daerah kita sendiri,” tutur mantan Staf Ahli Bupati ini.

“Masyarakat Luwu Utara harus berani dan mau memakainya di setiap event, baik event pemerintah maupun event kemasyarakatan laijnya, karena dengan memakainya, maka secara tidak langsung akan terpromosikan keluar,” tambahnya. Meski begitu, cara ini harus ditunjang oleh adanya sebuah terobosan dan langkah berani yang mesti dilakukan. Salah satunya adalah memproduksinya dalam jumlah yang besar, lalu memasarkannya keluar.

“Strategi pemasaran supaya batik ini lebih dikenal, tentu semua harus merasa memiliki batik ini. Kalau kita sudah merasa memiliki dan kita juga memakainya, tentu akan diikuti oleh orang lain,” jelas dia. “Tapi memang harus ada langkah berani, seperti memproduksinya dalam jumlah yang besar, setelah itu melakukan upaya promosi dan pemasaran di berbagai tempat, termasuk lewat media sosial, sehingga batik ini terpromosikan secara masif,” sambungnya.

Dikatakan Jumail, strategi pemasaran tidak akan berjalan baik, jika motif batik tidak dimodifikasi secara unik dan menarik. Untuk itu, kata dia, perlu upaya memodifikasi motif batik setiap saat agar motif batik bisa bersaing dengan motif batik lainnya di Indonesia. “Motif harus menarik, tampilannya juga harus menarik, termasuk warna juga harus menjadi daya tarik. Karena saat ini banyak bermunculan batik kontemporer yang melibatkan banyak anak muda kreatif yang mampu membuat motif batik yang unik dan sangat menarik,” jelas dia.