JAKARTA – Pada awal perdagangan, rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Indeks dolar AS yang kembali melemah berhasil memperkuat rupiah, pada Senin (12/9/2022).

Baca Juga : Heboh! Hacker Bjorka Ancam Sebar Data MyPertamina

Menurut Refinitiv, begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung menguat 0,12% menjadi Rp 14.810/US$. 

Indeks dolar AS sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi lebih dari 20 tahun di 110,78, namun berubah 0,48% pada pekan lalu, dan turun lagi pagi ini sebesar 0,35%, yang menyebabkan rupiah langsung menguat. 

Pergerakan indeks yang mengukur kekuatan dolar AS masih akan mempengaruhi rupiah pada pekan ini, terutama saat data inflasi AS yang dirilis pada Selasa (13/9/2022).

Gubernur The Fed, Christopher Waller mengatakan pada hari Jumat, bahwa ia mengharapkan suku bunga naik 75 basis poin bulan ini. Waller juga mengatakan keputusan The Fed harus didasarkan pada rilis data sekarang, bukan proyeksi ke depannya.

“Melihat rapat kebijakan moneter ke depan, saya mendukung kenaikan suku bunga yang signifikan lagi. Namun, melihat jauh ke depan saya tidak bisa memberi tahu anda jalur kebijakan moneter yang tepat. Puncak suku bunga dan seberapa cepat kita bergerak akan tergantung dari data ekonomi yang kita dapat,” katanya, Jumat (9/9/2022), dilansir CNBC Internasional.

Hal ini membuat rilis data inflasi AS patut diperhatikan.  Karena jika menunjukkan tanda-tanda perlambatan yang signifikan, The Fed kemungkinan akan mengurangi agresivitasnya.

Itu menunjukkan inflasi berdasarkan hasil survei Reuters, Consumer Price Index (CPI) turun menjadi 8,1% year-on-year (yoy) pada bulan Agustus dari 8,5% (yoy).

Jika sesuai ekspektasi, inflasi di Amerika Serikat akan jauh dari level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun, di atas 9,1% pada Juni.

Sementara itu, dari dalam negeri, hacker Bjorka telah mengkhawatirkan pemerintah dan mungkin telah memberikan sentimen negatif ke pasar finansial. Alasannya Bjorka, mengajak masyarakat memanfaatkan ‘Topeng Bjorka’ untuk berpartisipasi dalam revolusinya.

Momen ini terjadi setelah pemerintah menaikkan harga Perlite dan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang memicu demonstrasi besar-besaran. Jika masyarakat terpancing dengan ajakan Bjorka, dikhawatirkan stabilitas dalam negeri bisa terganggu.

Nama ‘Bjorka’ telah dikaitkan dengan peretasan data Indonesia sejak Agustus lalu. Selain peretasan Kominfo, juga diklaim telah memperoleh dokumen rahasia dari Badan Intelijen Negara (BIN) yang dikirim ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Bjorka 105 juta rupiah warga negara Indonesia (WNI) dari seluruh penduduk. Ia juga mengklaim memiliki 1,3 miliar data registrasi kartu SIM prabayar Indonesia yang meliputi NIK, nomor telepon, operator seluler.

Bjorka membocorkan informasi dari data Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate dan mengaku telah membocorkan dokumen rahasia Presiden Jokowi, lalu mengatakan akan meretas database MyPertamina.