Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah memerintahkan serangan langsung terhadap Israel sebagai pembalasan atas pembunuhan Haniyeh. Khamenei bersumpah untuk melakukan pembalasan dan menyatakan bahwa membalas kematian Haniyeh adalah tugas Iran.

Baru-baru ini, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengumumkan hasil penyelidikan mereka terkait serangan yang menewaskan Haniyeh. IRGC menyatakan bahwa Haniyeh tewas akibat serangan proyektil jarak pendek yang diluncurkan dari luar wisma tamu tersebut.

Melansir Al-Jazeera, IRGC menyatakan bahwa serangan terhadap Haniyeh ‘melibatkan proyektil jarak pendek yang membawa sekitar 7 kg bahan peledak yang ditembakkan dari luar asrama tamu’.

Iran mengancam Israel dengan ‘hukuman berat pada waktu dan tempat yang tepat atas pembunuhan Haniyeh yang didukung oleh pemerintah kriminal Amerika Serikat’. Israel sendiri belum mengakui atau membantah keterlibatan mereka, sementara Amerika Serikat menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui atau terlibat dalam pembunuhan Haniyeh.

Analis keamanan HA Hellyer, mengatakan bahwa narasi yang akan diadopsi Iran dalam menjelaskan pembunuhan Ismail Haniyeh akan mempengaruhi eskalasi hubungan dengan Israel.

“Belum jelas bagaimana dia dibunuh dan kesimpulan apa pun tentang hal itu akan memiliki konsekuensi serius terhadap jenis eskalasi apa yang akan terjadi selanjutnya dan narasi apa yang akan dihasilkan,” kata Hellyer kepada Al Jazeera.

Hellyer menunjukkan adanya dua narasi yang bertentangan. Berdasarkan informasi dari pejabat yang tidak disebutkan namanya, termasuk sumber dari Timur Tengah dan Iran, beberapa media Barat melaporkan bahwa Haniyeh tewas akibat bom yang ditanam beberapa bulan sebelumnya di tempat tinggalnya di Teheran.

“Ada perbedaan antara kedua jenis skenario ini,” kata Hellyer.

Menurutnya, rudal menunjukkan adanya pelanggaran keamanan dalam menentukan tempat serangan, namun jika bom diselundupkan ke dalam wilayah Iran, itu merupakan pelanggaran keamanan yang berbeda.