MAKASSAR – Yayasan Hadji Kalla bekerjasama dengan Dompet Dhuafa, dan IMZ sukses menggelar pelatihan Trauma Healing bertema Psychological First Aid (PFA) kepada sejumlah masyarakat pemerhati kesehatan mental di Majene, Sulawesi Barat pada 7 – 8 Oktober 2021.

Abdul Hakim sebagai perwakilan Yayasan Hadji Kalla menyampaikan, program ini menjadi salah satu instrumen penting dalam penanganan pasca bencana yang kini menjadi fokus dari Yayasan Hadji Kalla.

Yayasan Hadji Kalla melalui bidang Kemanusiaan Lingkungan dan Kesehatan akan terus fokus menjalankan program kemanusiaan terutama penanganan pasca-bencana untuk membantu warga bisa cepat pulih dari trauma setelah bencana terjadi.

“Kita berharap ini adalah langkah awal yang baik untuk semua yang terlibat dalam program penanganan pasca-bencana alam, trauma psikologis adalah hal yang penting untuk menjadi fokus kita dalam membantu. Yayasan Hadji Kalla akan konsisten dalam menjalankan program ini di wilayah lain yang juga rawan terjadi bencana alam, sehingga penyembuhan trauma pasca-bencana bisa kita lakukan dengan cepat dan terarah,” ucapnya.

Pelatihan yang diikuti oleh 63 peserta ini dimaksudkan untuk memberikan ilmu pengetahuan tentang Psychological First Aid (PFA), pertolongan pertama pada masalah psikologis dan bagaimana cara memperkuat imun pasca terjadinya bencana alam.

Dalam tahap pelatihan pertolongan pertama pada psikologi ini, para peserta diberi bekal landasan PFA meliputi pengamatan situasi keamanan, gejala serta bantuan yang dibutuhkan korban, serta melakukan pendekatan sebagai pendengar aktif untuk membantu korban menenangkan diri. Kemudian nantinya akan menghubungkan korban ke tenaga profesional sesuai kebutuhannya.

Pimpinan cabang Dompet Dhuafa Sulsel, Rahmat Hidayat menuturkan, program PFA ini adalah salah satu program yang penting untuk dilaksanakan pasca bencana alam.

“Sementara dalam penanganan korban menuju ke tahap lanjutan, harus ditangani oleh tenaga profesional, yaitu psikolog, dan psikiatri. Oleh karena itu, kegiatan ini membutuhkan lebih banyak orang yang terlibat dalam intervensi ini,” jelasnya.

PIC Teknis Assesment IMZ Consulting, Riki Wirahmawan mengungkapkan, tujuan dari Training PFA ini yaitu untuk memahami cara mengidentifikasi berbagai macam gangguan psikologis yang dialami individu ketika bencana, memahami konsep kerangka kerja, dan langkah PFA serta meningkatkan kemampuan teknik pendampingan psikososial di masa respon hingga recovery  bencana.

“Semoga setiap peserta yang hadir mendapatkan berbagai macam insight dari proses pelatihan ini, baik materi hingga relasi sadar akan begitu dibutuhkan dirinya di tengah masyarakat, dalam menyikapi kondisi alam yang tidak terprediksi. Peserta mampu memahami dengan baik dan terampil secara sistematis dan profesional dalam menangani efek psikososial penyintas, sehingga siap untuk diterjunkan ke lapangan,” tuturnya.