“Namun, ini harus menjadi perdamaian sejati yang didasarkan pada keadilan, kebebasan, dan negara bagi rakyat Palestina,” jelasnya.

Sebagai informasi tambahan, berdasarkan Al-Jazeera dan Fox News, aktivis Arab di Dearborn, Michigan, yang merupakan warga Muslim Amerika, mengecam keras sikap Kamala yang dianggapnya mendukung Israel tanpa syarat. Michigan, salah satu negeri dengan populasi Muslim yang signifikan, menjadi negara kunci dalam pemilihan presiden AS.

“Genosida adalah politik yang buruk,” kata salah satu aktivis.

Menurut aktivis Adam Abusalah, Kamala dianggap memihak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan mengorbankan dukungan dari basis Demokrat, Arab, Muslim Amerika, kaum muda, dan kelompok progresif.

“Salah satu alasan Harris kalah adalah keputusannya untuk memihak Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dengan mengorbankan basis Demokrat, Arab dan Muslim Amerika serta kaum muda dan kaum progresif,” tambah aktivis Adam Abusalah.

“Itu bukan salah kami. Mereka tidak bisa menjelek-jelekkan komunitas kami,” ujarnya lagi.

Seorang konsultan politik Amerika keturunan Lebanon di Detroit, Hussein Dabajeh, mengungkapkan bahwa ia kurang paham bagaimana kepresidenan Trump akan memengaruhi masyarakat Arab dan Muslim Amerika serta negara secara keseluruhan. Namun, ia berharap hal yang positif.

“Saya harap itu sesuatu yang baik. Saya berharap negara ini bisa bersatu. Saya berharap Partai Demokrat sadar,” kata Dabajeh.

Sebelumnya, Trump secara resmi memenangkan kontestasi pemilihan presiden AS setelah berhasil mengumpulkan minimal 270 suara electoral college yang mengalahkan lawan politiknya dari Partai Demokrat, Kamala.

Saat berita ini disusun, Trump telah mengamankan 295 suara elektoral, sementara Kamala hanya mencapai 226 suara. Trump juga meraih suara populer lebih tinggi, dengan total 73.523.637 suara (50,92%), sementara Kamala hanya memperoleh 68.683.845 suara (47,57%).

YouTube player