26 Desember 2024, bertepatan ‘Hari Relawan’ telah diperingati sejak 2005, tepatnya setahun setelah musibah bencana alam Tsunami Aceh (Tanah Rencong). Penetapan ‘Hari Relawan’ oleh pemerintah dicanangkan Presiden Republik Indonesia, Dr. Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Relawan atau ‘Volunteer’ bahasa yang tidak asing bagi kami, khususnya para relawan kemanusiaan di PMI. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) di artikan “orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela, tidak karena dipaksa atau diwajibkan.”

Setidak hanya dalam satu tahun ini di 2024, kita merasakan situasi iklim atau cuaca ekstreem, dalam kehidupan sehari-hari yang pertama dibeberapa bulan memasuki 2024. Suhu atau temperatur panas kita rasakan, kadang mencapai klimaks diangka 34-36 derajat celcius.

Panas yang tidak terbiasa kita alami selama ini yang berkepanjangan, sepanjang hari dan bahkan malam hari pun berada pada suhu 27-29 derajat Celcius. Selang beberapa bulan sekitar Oktober cuaca pun berubah memasuki masa penghujan, hingga hari hari ini dengan tingginya curah hujan, berdampak pada banyak daerah khususnya wilayah Sulsel.

Berbagai upaya pemerintah menyampaikan langkah antisipasi iklim, telah dilakukan termasuk jaringan pemberitaan. Informasi cuaca oleh Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) juga institusi pemerintah di daerah dan jajarannya hingga desa dan kelurahan, sebagai lini terdepan. Namun bencana alam memang datangnya tidak secara pasti dapat diketahui, meskipun dapat diprediksi tentunya melalui kemampuan teknologi era kekinian, sehingga antisipasi atau lebih dikenal dengan pencegahan dini.

Menghadapi situasi tentunya selain pengetahuan melalui penerapan ilmu pengetahuaan secara teori juga melalui pendidikan latihan tidak kalah pentingnya adalah pengalaman lapangan yang pernah para relawan terjun langsung pada kondisi situasi tanggap darurat maupun masa pemulihan dan rehabilitasi.

YouTube player