Kerugian Akibat Macet di Makassar Capai 12 Triliun per Tahun
RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Makassar mengungkapkan bahwa berdasarkan data dari World Bank, kerugian yang diakibatkan oleh kemacetan di Kota Makassar pada tahun 2019 mencapai angka fantastis, yakni 12 triliun rupiah per tahun.
Dishub Makassar melalui Kepala Bidang Angkutan, Jusman, mencatat bahwa beberapa kota besar lainnya, seperti Semarang, Surabaya, Bandung, hingga Medan, diperkirakan mengalami kerugian serupa akibat kemacetan yang terjadi di wilayah mereka.
Sementara itu, kata Jusman, Jakarta tercatat sebagai kota dengan kerugian terbesar, mencapai 65 triliun rupiah per tahun.
“Setiap bulannya Makassar diperkirakan mengalami kerugian hingga Rp12 trilliun per tahun,” kata Jusman.
Jusman menyebutkan, selama ini masalah kemacetan di Makassar sering kali dianggap hanya disebabkan oleh perilaku masyarakat yang tidak disiplin dalam berlalu lintas.
Namun, berdasarkan kajian yang lebih mendalam, ditemukan bahwa kemacetan dipicu oleh berbagai faktor, yang jika dipetakan, dapat dikelompokkan menjadi 11 penyebab.
“Awalnya, kami melihat bahwa kemacetan disebabkan oleh perilaku masyarakat. Tapi setelah melakukan penelitian lebih lanjut, kami menemukan ada 11 penyebab utama kemacetan di Kota Makassar. Kami telah merangkum menjadi 4 faktor yang paling berpengaruh,” ujar Jusman dalam keterangannya.
Namun, Jusman lebih menekankan pada empat faktor utama yang menjadi akar dari permasalahan ini, yakni pilihan mobilitas masyarakat, perubahan kondisi alam, sistem dan infrastruktur transportasi, serta regulasi dan penataan ruang.
“Sebagian besar warga Makassar memilih kendaraan pribadi untuk keperluan sehari-hari. Ini menjadi tantangan utama bagi pemerintah untuk menciptakan sistem transportasi yang lebih efektif dan ramah lingkungan,” tambah Jusman.
Data terakhir yang diterima oleh Dishub Makassar menyebutkan, jumlah penduduk Kota Makassar mencapai 1.474.939 jiwa dengan angka pertumbuhan penduduk sebesar -0,29%. Di antara jumlah penduduk tersebut, sebanyak 92% memilih kendaraan pribadi sebagai alat transportasi utama mereka.
“Mobilisasi manusia di Kota Makassar didominasi oleh kendaraan roda dua, yang mencapai 75%. Ini menjadi faktor besar dalam kemacetan yang terjadi setiap hari,” ujar Jusman.
Kota Makassar memiliki total 1.244 ruas jalan, namun 237 ruas jalan di antaranya tercatat sebagai jalan yang paling padat dan sering mengalami kemacetan.
Ke depan, Jusman berharap dengan adanya perhatian pada faktor-faktor ini, pemerintah bisa lebih fokus dalam merencanakan pembangunan infrastruktur yang lebih mendukung mobilitas berkelanjutan di Makassar, serta mendorong masyarakat untuk beralih ke transportasi umum dan ramah lingkungan.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran dan perbaikan dalam sistem transportasi, diharapkan kemacetan di Kota Makassar dapat diminimalisir, sehingga mobilitas warga dapat lebih lancar dan efisien.

Tinggalkan Balasan