Kesadaran kesehatan masyarakat merupakan suatu konsep multidimensi yang mencakup sikap, pengetahuan, serta praktik dari setiap masing individu dalam memahami, mencegah, dan mengelola masalah kesehatan.

Melansir https://pafirangkasbitung.org, Aspek pertama, dari sikap mencerminkan dari kemauan untuk menerapkan gaya hidup sehat, seperti pola makan seimbang atau aktivitas fisik yang dilakukan.

Aspek kedua, pengetahuan kesehatan meliputi pemahaman tentang gejala penyakit, cara pencegahan, serta penggunaan obat yang tepat. Aspek ketiga yaitu praktik kesehatan yang meliputi implementasi nyata dari pengetahuan dan sikap, seperti pemeriksaan kesehatan rutin atau kepatuhan pada pengobatan. Namun, tingkat kesadaran ini tidak terbentuk secara merata di masyarakat karena dipengaruhi oleh beragam faktor seperti pendidikan, kondisi sosial ekonomi, budaya dan kepercayaan lokal, serta akses informasi.

Pentingnya kesadaran kesehatan tidak hanya terletak pada pencegahan penyakit, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup secara holistik. Masyarakat yang sadar kesehatan cenderung lebih waspada terhadap risiko penyakit menular, mampu mengelola penyakit kronis dan mengadopsi perilaku hidup bersih. Dengan demikian, upaya meningkatkan kesadaran kesehatan bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga memerlukan sinergi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan organisasi profesi seperti PAFI untuk menjawab tantangan kompleks di masyarakat.

Organisasi profesi di bidang kesehatan, seperti Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI), merupakan wadah yang menghimpun tenaga kesehatan berdasarkan keahlian spesifik untuk menjaga standar profesi, meningkatkan kompetensi anggota, dan berkontribusi pada pembangunan kesehatan masyarakat.

Profil PAFI

Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) adalah organisasi profesi yang mewadahi farmasis dan tenaga teknis kefarmasian di seluruh Indonesia. PAFI lahir dengan tujuan menyatukan kompetensi, pengetahuan, dan advokasi di bidang farmasi untuk mendukung sistem kesehatan nasional. Secara nasional, PAFI berkomitmen untuk menjadi garda terdepan dalam menjamin ketersediaan, keamanan, dan efektivitas obat, serta mengadvokasi kebijakan kesehatan yang berpihak pada masyarakat.

PAFI Rangkas Bitung merupakan cabang lokal dari Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI), organisasi profesi yang berkomitmen meningkatkan kompetensi farmasis dan kualitas layanan kefarmasian.  PAFI Rangkas Bitung merancang program berbasis kebutuhan lokal, melibatkan apoteker, tenaga teknis kefarmasian, serta relawan kesehatan.

Kontribusi PAFI Rangkasbitung, dalam kesehatan masyarakat terwujud melalui tiga pilar utama.

  1. Edukasi, di mana mereka menyelenggarakan kampanye penyuluhan, seminar, atau materi edukatif tentang pencegahan penyakit, penggunaan obat yang rasional, dan manajemen kesehatan kronis.
  2. Advokasi, dengan menjadi suara bagi masyarakat dan tenaga kesehatan dalam mendorong kebijakan yang pro-kesehatan, seperti pengawasan distribusi obat atau perlindungan hak pasien.
  3. Pelayanan langsung, melalui program kerja nyata seperti posko kesehatan gratis, skrining massal, atau kolaborasi dengan fasilitas kesehatan.

Rangkasbitung, Ibu kota Kabupaten Lebak di Provinsi Banten, memiliki karakteristik geografis yang didominasi oleh perbukitan dan dataran rendah dengan curah hujan tinggi, menjadikannya rentan terhadap bencana alam seperti banjir dan longsor. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Halimun Salak di sebelah utara dan wilayah urban seperti Tangerang di sebelah selatan, menciptakan dinamika sosial-ekonomi yang unik. Secara demografis, penduduk Rangkasbitung terdiri dari beragam etnis, dengan mayoritas Suku Sunda Banten dan sebagian kecil pendatang dari Jawa, Betawi, serta etnis lainnya.

Jumlah penduduknya mencapai sekitar 150 ribu jiwa (berdasarkan data BPS 2022), dengan kepadatan tertinggi di pusat kota dan penyebaran yang tidak merata di daerah pelosok. Dari sisi sosial ekonomi, masyarakat Rangkasbitung bertumpu pada sektor pertanian, perkebunan (seperti kelapa dan cengkih), serta UMKM kerajinan tangan. Namun, tingginya angka pengangguran (sekitar 8,2%) dan ketimpangan akses pendidikan—terutama di desa terpencil—menjadi tantangan dalam meningkatkan kualitas hidup.

Di bidang kesehatan, Rangkasbitung memiliki fasilitas layanan dasar seperti RSUD, beberapa puskesmas, dan posyandu yang tersebar di 15 kecamatan. Namun, distribusi tenaga kesehatan masih belum ideal: jumlah dokter umum dan spesialis terbatas, sementara perawat dan bidan relatif lebih banyak. Ketersediaan apoteker dan tenaga teknis kefarmasian juga masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan, sehingga masyarakat di pedesaan kerap mengandalkan pengobatan tradisional atau layanan kesehatan darurat.

Strategi PAFI Rangkasbitung

Edukasi Kesehatan

Melalui edukasi kesehatan berbasis komunitas, PAFI menyasar kelompok rentan dan daerah terpencil dengan pendekatan langsung. Program door-to-door menjadi andalan untuk menyampaikan informasi tentang penggunaan obat rasional, gejala penyakit endemik seperti DBD dan diare, serta pentingnya imunisasi.

Pelayanan Kesehatan Gratis

Pelayanan kesehatan gratis menjadi tulang punggung upaya PAFI dalam mengurangi kesenjangan akses layanan medis. Setiap bulan, Posko Sehat PAFI hadir di pasar tradisional dan balai desa untuk memberikan cek kesehatan gratis, seperti pengukuran tekanan darah, gula darah, dan kolesterol. Selain itu, distribusi obat esensial dan suplemen bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat membantu masyarakat kurang mampu mendapatkan obat generik berkualitas.

Kolaborasi

Kolaborasi multi-pihak menjadi kunci keberlanjutan program. PAFI Rangkas Bitung menjalin sinergi dengan puskesmas, rumah sakit, dan pemerintah daerah. Tidak hanya itu, organisasi ini juga melatih kader posyandu dan kader desa untuk menjadi edukator kesehatan di tingkat RT/RW, sehingga pengetahuan kesehatan dapat tersebar secara merata. Kolaborasi dengan tokoh adat dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal juga dilakukan untuk menghadirkan pendekatan yang sesuai dengan budaya setempat, terutama di daerah yang masih mengandalkan pengobatan tradisional.

Melalui program edukasi, pelayanan, dan kolaborasi yang inovatif, organisasi ini berhasil menciptakan dampak nyata di tengah keterbatasan sumber daya. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa sinergi antara organisasi profesi, pemerintah, dan masyarakat adalah kunci utama dalam membangun kesadaran kesehatan yang berkelanjutan.

YouTube player