Pernyataan ‘Bapak Aing’ Soal Media Dinilai Offside dan Picu Kontroversi
“Mulutmu adalah harimaumu rupanya sudah mulai luntur dalam diri KDM,” ujar Didit.
Didit mengingatkan, jangan sampai karena sudah menjadi pusat perhatian, KDM meminta jajarannya hanya menggunakan media sosial atas alasan efisiensi.
“Jelas pernyataan KDM mencerminkan tidak ada keberpihakan kepada insan pers, pekerja pers dan perusaha pers yang sudah megap-megap karena minimnya advertorial dan kerjasama sosialisasi,’ tuturnya.
Ia menggambarkan, dunia pers sangat resah dan gelisah, padahal selama ini pers adalah pilar demokrasi, mitra kritis yang komprehensif.
“Pers sebagai corong, mata, telinga masyarakat untuk disampaikan dalam produk jurnalistik yang bertanggungjawab. Sangat beda dengan medsos, netizen yang hiruk pikuk bersifat individual,” terang, Didit.
Didit menegaskan, produk jurnalistik yang kritis bisa menjadi kontrol sosial, kontrol birokrasi, kontrol penganggaran uang rakyat, serta kontrol pelanggaran etika dan lainnya.
“Pengungkapan kasus-kasus korupsi bermula dari produk jurnalistik dugaan indikasi korupsi. Pembegalan anggaran, penyimpangan anggaran dan berujung pada desakan publik terkait pengungkapan kasus korupsi,” tandasnya.
Didit mencontohkan, sudah berapa banyak uang APBD Jabar yang berhasil dikembalikan berkat pemberitaan pers. Sementara anggaran sosialisasi kerja sama dengan pers hanya 0,0001 persen saja.

Tinggalkan Balasan