Refleksi Kepemimpinan dan Sejarah: Koordinator I Jamdatun Kejagung Ziarah ke Makam Pahlawan Masional Tuanku Imam Bonjol
RAKYAT NEWS, MINAHASA – Di sela-sela pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Penyaluran Program Bantuan Langsung Tunai Subsidi Kesejahteraan (BLTS Kesra) yang dilaksanakan di Kantor Pos Manado, Koordinator I Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun), H. Ferry Taslim, S.H., M.Hum., M.Si., Dt. Toembidjo, menyempatkan diri melakukan ziarah kebangsaan ke makam Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol yang terletak di Pineleng, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Ziarah tersebut berlangsung pada Rabu sore (17/12/2025) dan menjadi momen reflektif yang sarat makna historis, spiritual, dan kultural. Kehadiran Ferrytas di pusara salah satu tokoh besar perjuangan bangsa ini tidak hanya merepresentasikan penghormatan institusional negara terhadap jasa pahlawan nasional, tetapi juga mencerminkan kedalaman nilai personal seorang pemimpin yang berakar kuat pada sejarah dan adat bangsanya.
Sebagai Putra Minangkabau yang juga menyandang kedudukan Niniak Mamak sekaligus Penghulu Adat Minangkabau, Dt. Toembidjo menegaskan bahwa keteladanan Tuanku Imam Bonjol adalah fondasi moral yang relevan lintas zaman, termasuk dalam menjalankan amanah penegakan hukum dan pengawalan kebijakan negara.

“Tuanku Imam Bonjol mengajarkan kita bahwa perjuangan bukan semata keberanian fisik, tetapi keteguhan prinsip, kejujuran hati, dan keberpihakan kepada keadilan. Nilai-nilai inilah yang harus terus hidup dalam setiap pengabdian aparatur negara,” ujar Ferrytas di sela ziarah.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa jabatan dan kewenangan negara sejatinya adalah sarana untuk menjaga marwah keadilan dan kemaslahatan rakyat, sebagaimana semangat perjuangan para pendiri bangsa.
“Bagi kami di Kejaksaan, hukum bukan sekadar teks normatif, tetapi amanah moral. Mengingat para pahlawan adalah cara kami memastikan bahwa arah pengabdian tidak pernah menyimpang dari cita-cita bangsa,” tambahnya.
Ziarah ini sekaligus memperlihatkan integrasi antara kepemimpinan modern dan kearifan tradisi, di mana nilai adat, sejarah, dan nasionalisme berpadu dalam satu sikap kenegarawanan. Sosok Ferrytas tampil bukan hanya sebagai pejabat tinggi negara, tetapi sebagai figur pemimpin yang menempatkan hukum, adat, dan sejarah dalam satu tarikan napas pengabdian.








Tinggalkan Balasan