“Maraknya demo oleh pengungsi akhir akhir ini dikarenakan mereka jenuh sudah bertahun-tahun di Indonesia dan belum ada kejelasan Resettlement,” tuturnya.

Senada denga IOM, pihak UNHCR, Yance juga menyampaikan bahwa kegiatan demonstrasi tidak didukung oleh pihak IOM dan UNHCR, adapun atribut rompi yang digunakan itu adalah buatan pihak pengungsi sendiri.

“Pengungsi yang demo akhir akhir ini menggunakan Atribut Rompi IOM dan UNHCR yang menandakan bahwa UNHCR dan IOM mendukung kegiatan mereka. Padahal sesungguhnya mereka membuat atribut itu sendiri, dan tidak disupport oleh pihak mereka,” terangnya.

Menutup kegiatan, Kepala Rudenim Makassar, Alimuddin berharap adanya joint monitoring yang dapat dilaksanakan secara terjadwal oleh Satgas PPLN.

“Kegiatan Joint monitoring dapat membantu satgas untuk dapat mengidentifikasi langsung permasalahan pengungsi, karena kita turun secara langsung menemui mereka di tempat penampungan, tentunya tetap memperhatikan prokes yang berlaku,” pungkasnya.

Sebanyak 20 peserta hadir dalam kegiatan tersebut, antara lain : Sirajuddin (PLT Kadiv Imigrasi Makassar), Edisong (Kabid Perizinan dan Infomasi Keimigasian), Mirza (Kabid Inteldakim), Alimuddin (Kepala Rudenim Makassar), Rachmad Ardiyanto (Kasi Inteldakim Imigrasi Makassar), Muh. Idris Ma (Kasat Intel Polrestabes) beserta jajaran, A. Fachry (Kesbangpol) beserta jajaran, A. Rachmat M (Kabid BJKS Dinsos), serta Sonha (IOM) dan Yance (UNHCR) yang mengikuti secara virtual.

Baca Juga : Pemkab Takalar Bentuk Satgas PAD di HUT Takalar ke-62