Kabul – Taliban saat ini tengah menjadi perbincangan hangat dunia karena telah mampu melumpuhkan dan menguasai istana presiden Afranistan di Kabul pada Minggu, 15 Agustus 2021. Kelompok bersenjata tersebut bahkan telah mampu menyebar ke seluruh ibu kota dan bahkan pelosok negara itu.

Baca Juga : Perpanjangan Operasi Penyelamatan, Taliban: Garis Merah Penarikan Pasukan

Ibu kota Afghanistan, Kabul, saat ini tengah mengalami situasi sulit setelah dikuasai oleh Taliban. Helikopter melintas sepanjang hari untuk mengevakuasi personel dari Kedutaan Besar AS di negara itu. Di saat yang sama, asap juga terlihat di dekat kompleks tatkala staf menghancurkan dokumen penting dan menurunkan bendera AS.

Juru bicara kelompok Taliban, Suhail Shaheen, mengatakan bahwa para militan akan mengadakan pembicaraan untuk membentuk “pemerintahan Islam yang terbuka dan inklusif.”

Warga Afghanistan juga dilaporkan meninggalkan negaranya karena takut Taliban akan menerapkan kembali jenis aturan brutal yang menghilangkan hak-hak perempuan. Mereka mengantre di mesin ATM untuk menarik tabungan.

Sejarah Taliban.

Taliban, dalam bahasa Pashto yang berarti “murid” pertama kali terbentuk pada awal 1990-an tepatnya tahun 1994  di utara Pakistan setelah pasukan Uni Soviet mundur dari Afghanistan. Etnis Pasthun yang mengajarkan aliran Sunni garis keras mendominasi gerakan ini muncul melalui kegiatan seminari-seminari keagamaan.

Janji Taliban di wilayah-wilayah Pashtun seperti Pakistan dan Afghanistan, yaitu jika dapat telah berkuasa mereka ingin mengembalikan perdamaian dan keamanan berdasarkan Syariah Islam.

Pada September 1995, Taliban telah berhasil merebut Provinsi Herat, di perbatasan Iran, dan setahun kemudian mereka merebut ibu kota Afghanistan, Kabul. Mereka menggulingkan kekuasaan rezim Presiden Burhanuddin Rabbani, salah satu pendiri mujahidin Afghanistan yang menentang pendudukan Uni Soviet. Tahun 1998, Kelompok itu menguasai hampir 90% wilayah negara yang berjuluk the Graveyard of Empires tersebut.

Kehadiran Taliban awalnya disambut baik oleh sejumlah masyarakat yang muak dengan teror dan kekejaman era mujahidin. Popularitas tersebut disebabkan keberhasilan mereka dalam memberantas korupsi, membatasi pelanggaran hukum serta membuat jalan-jalan dan daerah-daerah di bawah kendali mereka aman untuk perdagangan berkembang.

Tetapi sayangnya di sisi lain Taliban juga mendapatkan kecaman akibat aturan-aturannya, kelompok tersebut dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan budaya. Seperti mendukung dan memperkenalkan hukuman Syariah, yaitu hukum yang sesuai dengan tafsiran menurut mereka. Antara lain seperti eksekusi di depan umum (Rajam) bagi pembunuhan dan pezina, serta amputasi bagi terdakwa kasus pencurian.

Selain itu, Kaum pria diharuskan menumbuhkan jenggot, sementara para wanita diwajibkan mengenakan burka untuk menutup seluruh tubuh. Mereka juga melarang televisi, musik dan bioskop, serta melarang anak perempuan di atas 10 tahun untuk bersekolah.

Taliban berhasil digulingkan dari Afghanistan oleh pasukan pimpinan Amerika Serikat pada tahun 2001. Namum kekalahan tersebut tidak menyurutkan mereka untuk kembali merebut kekuasaanya. NATO memperkirakan mereka memiliki sekitar 85.000 petarung penuh waktu pada 2021.

Pada Februari 2020 kedua pihak mencapai kesepakatan damai, dalam perbincangan panjang tersebut AS memilih untuk mundur dan Taliban mencegah serangannya. Namun Taliban tampaknya telah mengubah taktik, dari serangan kompleks di kota-kota besar dan pos-pos militer ke gelombang pembunuhan menargetkan masyarakat sipil Afghanistan.