Arifuddin Siraj, Ketua Majelis Rayon KAHMI UIN memberi pengakuan. Dia merasa kecil hati untuk bisa melaksanakan hala bi halal karena tidak punya anggaran memadai dan memang tidak ada duit, apalagi dirinya yang sudah masuk purna bakti.

“Tapi, ada yang datang menyemangati saya. Memotivasi dan memberi keyakinan, sehingga alhamdulillah, kegiatan ini dapat terlaksana atas partisipasi yang luar biasa dari semua elemen yang tak dapat saya sebutkan satu per satu,” urainya saat membawakan kata sambutan.

Ada juga yang bertanya, untuk apa lagi buat halal bi halal, sudah lewat waktunya. “Tapi, saya katakan, tidak ada aturan khusus yang menyebutkan halal bi halal itu hanya dilaksanakan di bulan Syawal. Kalau ada, tunjukkan kepada saya dalilnya,” katanya sambil tertawa lalu menyebut kalau makna hakiki dari hikmah halal bi halal adalah saling bergembira ria, bercanda, bersilaturahmi untuk saling melepas kerinduan.

“Jadi, momen ini memang tidak perlu yang serius, kita santai-santai saja untuk membayar kerinduan itu.” Dia berharap komitmen kebersamaan dan rasa cinta terhadap KAHMI tetap terpelihara.

Penuh nuansa kekeluargaan, ibarat berada dalam satu keluarga besar seperti tema acara “KAHMI rumah besar bersama untuk kemajuan umat”. Hikmah halal bi halal disampaikan Natsir Siola. Materi ceramah sebenarnya serius. Beberapa ayat Alquran dan kutipan ahli ternama dari berbagai buku jadi rujukan. Tapi nyaris semuanya disampaikan dengan sangat mudah dicerna dan mengundang tawa.

Mengutip Alquran surah Al Isra’ ayat 7, “Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kerugian kejahatan itu untuk dirimu sendiri”. Dia juga mengutip surah Al A’raf ayat 56, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diciptakannya dengan baik. Berdoalah kepadaNya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” Dan lanjutnya, janganlah memakan daging saudara sendiri. Kecuali daging coto Makassar, tiga mangkok satu ketupat.