Lanjut kata Kaharuddin Gau, BKKBN dan Dinas Kesehatan itu harus melakukannya minimal pencegahan, itu semua akan terukur. Tapi jika semuanya cuma di atas kertas, jangan bermimpi stunting akan turun, bahkan bisa semakin naik, tegas Kaharuddin.

Contoh saja satu lopos , umpamanya ada lopos , daerahnya tidak ada air bersihnya, bagaimana fungsinya PU disini, imbuhnya.

Jalan kesana kurang bagus, minimal ini. Artinya begini pak , bisa saja orang kalau memang ada warga kita yang tinggalnya itu sudah aksesnya untuk kendaraan beli sayur mayur agak sulit, bagaimana kita perhatikan ?

Tidak usah aspal, minimal orang bisa jalan kaki kesana, bisa naik motor kesana itu sebagian kecil. Terus ini daya tarik juga anak- anak untuk mengkonsumsi makanan tambahan apakah memang baik, apakah memang besar untuk daya tarik makannya.

Jangan sampai hal-hal ini umpannya pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan menggelontorkan makanan tambahan.

Tapi anak-anak kita tidak makan karena apa, kurangnya mungkin bisa saja perhatian atau sosialisasi baik pemerintah desa, dalam hal ini PKKnya maupun PKK kabupaten, maupun BKKBN maupun dinas kesehatan, puskesmas semuanya itu harus ada sosialisasi.

Bagaimana sebenarnya itu bermanfaat bagi orang yang konsumsi makanan tambahan untuk anak-anak bayi kita. Ini pak 23 tahun kedepan kalau banyak stanting orang Jeneponto generasi muda kita pikirkan pak. tegas Gau panggilan akrabnya.

Jangan kita sekarang ini kita pikirkan dirita, kita pikirkan untuk kedepan anak-anak kita 10, 20 tahun yang akan datang. Dia mau jadi apa kalau dia tidak sehat, bagaimana mau pintar kalau dia kurang gizi.

Nah, dimana peran pemerintah ?. Saya kira pemerintah kerjanya ini mau diperbaiki. Kalau memang harus semua stakeholer itu harus dia lakukan.