Setelah konfrontasi ini, China dan Taiwan saling menyerang dengan bom selama dua dekade pada hari yang bergantian. Kaum komunis akan menembak pada tanggal ganjil dan kaum nasionalis pada tanggal genap.

Meskipun saling balas serangan ini menggunakan amunisi tempur dan, pada periode itu, sasaran militer terkena dan tentara terbunuh, sebagian besar “bom” juga berisi selebaran propaganda.

Selebaran itu antara lain menampilkan foto-foto Chiang Kai-shek yang tersenyum dan mengundang penduduk China untuk membelot, foto-foto tentara yang melarikan diri dari China dengan berenang ke Quemoy, dan bahkan – yang mengejutkan – pasangan-pasangan muda Taiwan yang merayakan pernikahan mereka.

Bahan propaganda itu, dan hadiah-hadiah kecil seperti sabun batangan, juga mencapai daratan melalui balon-balon yang dilepas dari Quemoy yang diisi pengatur waktu sehingga ketinggiannya akan berkurang saat mereka berada di atas Xiamen. Atau dalam botol bir, yang dibuang ke laut dari pulau sehingga mereka mencapai daratan.

Propaganda juga disiarkan tanpa henti melalui gelombang radio.

Lantunan lagu Taiwan

Namun, pada tahun 1967, sebuah alat baru mulai beroperasi, dan dengan itu juga senjata termanis Taiwan, yakni penyanyi bernama Teresa Teng.

Dikenal sebagai “ratu pop abadi Asia,” Teng populer di kedua sisi selat dan dilaporkan sebagai salah satu penyanyi favorit pemimpin Komunis Deng Xiaoping.

Musiknya adalah salah satu yang paling menggelegar dari Tembok Siaran Beisha.

Seperti bintang-bintang terkenal Marlene Dietrich atau Marilyn Monroe, yang mendedikasikan sebagian waktu mereka untuk menyemangati para pasukan, Teresa Teng melakukan perjalanan ke pulau itu pada beberapa kesempatan untuk berbicara secara pribadi melalui pengeras suara besar kepada penduduk Xiamen.

Teng memberi tahu mereka bahwa dia menantikan kunjungan mereka ke Quemoy dan bahwa kebebasan adalah satu-satunya harapan bagi negaranya.