RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Semarak perayaan 95 tahun perjalanan Bango akan hadir di dua kota besar Indonesia yakni Jakarta dan Makassar. Dalam menjaga kualitas dan kelestarian kekayaan kuliner nusantara, Bango menghadirkan festival kuliner dengan tema “Bangkitkan Sejuta Rasa Nusantara” yang akan memberikan pengalaman multisensori bagi para pengunjung.

Bango sampai hari ini selalu menjadi andalan keluarga dan para penjaja kuliner sebagai kecap terbaik dalam sajian aneka hidangan Indonesia.Tercatat 80,5% masyarakat Indonesia menjadikannya sebagai brand kecap favorit.

“Perjalanan sukses Bango selama 95 tahun berakar pada konsistensi dalam menjaga kualitas dengan penggunaan 4 bahan alami terbaik dan proses pembuatan yang otentik,” kata Head of Marketing Nutrition Indonesia, PT Unilever Indonesia, Tbk., Ari Astuti.

Konsistensi Bango dalam menjaga kelestarian kuliner nusantara telah dimulai sejak 2005 dalam Festival Jajanan Bango. Ditengah kemeriahan, pengunjung dapat bereksplorasi tentang kelezatan aneka hidangan otentik para legenda kuliner dari Sabang hingga Merauke.

Bowo yang menjadi pegiat pelestarian kuliner Indonesia juga merupakan Co-Founder Dari Halte ke Halte (DHKH) atau komunitas pemberi rekomendasi ragam kuliner Indonesia yang dapat diakses dengan transportasi umum menceritakan istilah culinary gem lahir karena minat millennial dan Gen-Z untuk berpetualang kuliner kini semakin tinggi, termasuk hunting berbagai kuliner otentik dari mancanegara.

“Di tengah kondisi ini, salah satu misi platform DHKH adalah mengajak HalTeman, terutama millennial dan Gen-Z, agar tidak lupa akan kuliner nusantara dan terus mengeksplorasi kekayaannya,” ujarnya.

Sejumlah trip yang dilakukan DHKH berfokus dengan mengunjungi UMKM kuliner nusantara yang masih kurang terekspos, termasuk hidangan-hidangan otentik yang kaya dengan penggunaan kecap.

“Kita sudah sepatutnya bangga dengan Indonesia dan kecap manisnya; culinary gem asli nusantara yang mempersatukan aneka kelezatan hidangan Indonesia dari generasi ke generasi,” kata Food Historian, Andreas Maryoto.