Menerawang Iklim Indonesia; Reformulasi Strategi Kesehatan Masa Depan
HEGEMONI PERUBAHAN IKLIM DAN PERILAKU MANUSIA.
Aktivitas manusia merupakan suatu keniscayaan yang tidak terhindarkan sebagai penyebab utama terjadinya perubahan iklim. Terlebih kepada perlakuan yang merujuk kepada tindakan yang merusak lingkungan. Tak dapat dinafikkan, angka kerusakan Alam yang disebabkan oleh manusia meningkat tiap tahunnya dan hal ini dibuktikan oleh kelompok studi perubahan iklim yang dilakukan oleh beberapa ilmuwan, yakni dengan mulai mengamati keterkaitan Alam dan Manusia ketika terjadi kenaikan suhu yang memecah tiga tahun rekor terakhir dan dalam hal ini manusia menjadi pertimbangan yang dominan sebagai pemicunya. Studi ini mengklaim bahwa setiap tahun akan berhubungan dengan tahun berikutnya, beda dengan masa sebelum memperhitungakan tahun secara berkesinambungan, hal ini pun akhirnya memperlihatkan hasil yang beruntun bahwa terjadi perubahan iklim yang bersifat kelompok yakni seperti pola iklim seperti El Nino, siklus matahari dan letusan gunung berapi.
Menanggapi dari penemuan baru tersebut, dapat diperkirakan secara matematis bahwa Manusia telah menyumbang 74% dan Alam menyumbang 26% sebagai penyebab perubahan iklim. Hal ini berdasarkan situs Nature Geoscience Minggu (baca: 4 Desember 2016) tersebut mengonfirmasikan telah terjadi kenaikan suhu permukaan bumi sebesar lebih dari 0.5 °C sejak 1950, hal ini diurai khusus oleh peneliti tersebut, bahwa gas-gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, telah menyumbang peningkatan pemanasan global sebesar 0,85 °C hingga penghujung 2017.
Lanjut, aktivitas manusia yakni yang banyak menimbulkan kerusakan Alam seperti perindustrian, juga dikemukakan oleh sebagian besar peneliti. Pembakaran bahan bakar fosil yang menyebabkan peningkatan panas di atmosfer dan akhirnya mengontaminasi kenaikan suhu. NASA dalam lansirannya september 2016, menyebutkan bahwa indikator penyebab kenaikan suhu seperti peningkatan panas di atmosfer telah terdata meningkat sekitar 1,1 derajat Celcius (2,0 derajat Fahrenheit) sejak akhir abad 19, dan 35 tahun terakhir telah melihat sebagian besar pemanasan, dengan 16 dari 17 tahun terpanas yang tercatat terjadi sejak 2001 hingga 2030 yang akan lebih berpotensi meningkat presentasenya.
Metode pemisahan yang sengaja dilakukan oleh banyak penelitian terkait perubahan iklim yang diakibatkan oleh manusia telah menghasilkan pandangan dan ramalan yang seragam. Sebab, dalam prosesi identifikasi dari fenomena alam dan aktvitas manusia, para peneliti menganalisis perubahan keseimbangan energi panas yang masuk dan keluar dari bumi berdasarkan pada pengelompokan pola perlakuan dan pengaruh yang memicu pelonjakan CO2 di udara sejak era pra-industri yang telah lama diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan kebutuhan manusia.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan