Menerawang Iklim Indonesia; Reformulasi Strategi Kesehatan Masa Depan
IKLIM DAN POTENSIAL DARURAT KESEHATAN.
Kejadian perubahan Iklim tentu akan mempengaruhi sektor kesehatan, berdasarkan survey dan observasi IPCC 2007 menyatakan bahwa ada 81 sektor yang akan dioptimalkan pemerhatiannya. Hal ini disebutkan salah satu sektor yakni, kesehatan. Perkiraan kerentanan menurunnya ketahanan kesehatan akibat perubahan iklim, telah ditelaah lebih jauh da memuat pantauan 10 negara, dan salah satunya Indonesia sebagai Negara Iklim-Tropis.
Indonesia dengan kondisi fisiografis memiliki iklim tropis dan secara ekologis menempati 10 besar yang paling banyak memiliki spesies flora maupun fauna. Aspek jumlah penduduk, sejak tahun 2000 kurang lebih 1,8 Milyar diproyeksikan akan lebih meningkat hingga 2030. Meskipun, sebagian besar pemukim masih pada wilayah pedesaan, namun sinkron antar cuaca musiman menjadi suatu keniscayaan yang akan tetap melanda, sebab Indonesia menempati garis siklon tropis yang memiliki 2 karakter musim yang saling bersinggungan dua wilayah, yakni Teluk Benggala, Samudera Pasifik Utara, dan Laut Cina Selatan.
Perubahan iklim beralamat darurat ini, telah disusun sedemikian rupa dampak region yang akan ditimbulkannya, terkhusus pada bidang kesehatan. IPCC (Interngovernmental Panel On Climate Change) menyusun khusus perkiraan kerentanan kesehatan akan membawa dampak langsung maupun tidak langsung, hal ini tidak terlepas pada perkembangan ekonomi yang pesat yang akhirnya mendorong pengelolaan sumber daya alam yang tidak terkontrol sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan berkelanjutan.
Secara objektif, banyak kemungkinan dari fenomena perubahan iklim akan menyeret banyak varietas penyakit, mulai dari bersifat pengobatan yang dapat di sembuhkan dalam durasi singkat, hingga yang menyebabkan kematian.
Menurut salah satu studi khusus penelitian yang menangani penyebaran kasus penyakit menular yang terjadi di daerah tropis seperti Indonesia, diperkirakan akan rentan terjadi kenaikan wabah 7-12% untuk malaria, dan nyamuk aedes aegypti 37-41%. Hal ini dikarenakan, peningkatan suhu atas curah hujan yang tinggi dan meninggalkan kelembapan dengan potensi sebagai inang wabah penyakit.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan