Obat Bahan Alam, dewasa ini telah banyak mengalami perkembangan studi dan output yang setara dengan obat sintesis, yang kita ketahui efek samping yang ditimbulkan oleh obat bahan alam sangatlah kecil kemungkinannya, dan kesembuhan yang maksimal melalui terapi berkepanjangan dapat bisa dicapai. Dalam data perkembangan studi pengembangan Obat bahan Alam Indonesia, mencatat “Purified Extract” merupakan sebuah temuan yang basis kompleks obat tersebut setara dengan obat sintesis yang dalam perspektif farmakoterapi dan farmakodinamiknya cepat dan tepat target. Selain bersifat terapi dan meningkatkan imunitas, obat herbal (Obat Bahan Alam) pun dalam pengembangannya sudah teruji standarisasi Mutunya sehingga, Aman dikonsumsi tanpa harus resah karena tidak adanya ketepatan dosis. Menilik, perangkat perkembangan bahan Alam yang sudah menuju kematangan tersebut, pemerintah seharusnya memaksimalkannya melalui sosialisasi dan menerapkan konsep Apotek sehat sejak dini agar pentingnya Alam dapat dirasakan oleh masyarakat luas.

Lanjut, dalam data penggunaan obat herbal dan pemanfataannya mengurangi indeks penyakit menular yang ditimbulkan perubahan iklim, yakni tercatat dapat menekan sekitar 2,7% setiap tahunnya. Dalam hal ini salah satunya, pemanfaatan Jambu biji (Psidium Guajava) mengatasi Demam Berdarah. Selain daripada itu, Indonesia jika mempuni dalam hal pemanfaatan ketersediaan obat lokal, yakni tentu akan mengurangi emisi pembelanjaan negara dalam bidang kesehatan, yang data terkini Bank Indonesia mencatat dapat menekan 3,6 % pembelanjaan Obat Produk Paten dan Bahan aktif obat luar Negeri.

Mempertimbangkan efek terapi yang ditimbulkan obat herbal atau perkembangan purified extract tentu lebih banyak membawa pengaruh positif selain sebatas pengobatan saja; yakni dapat mengurangi ketergantungan kondisi tubuh terhadap zat kimiawi dari bahan sintesis yang berefek meningkatkan resistensi Obat, dan mengurangi potensi munculnya patologi penyakit yang bercabang dalam tubuh akibat efek samping obat sintesis.