RAKYAT NEWS, JAKARTA – Anggota Amnesty International Indonesia Chapter Universitas Indonesia (UI), Rashel ingin melihat pemahaman dari tiga kandidat Capres-Cawapres dengan solusi yang bukan hanya janji belaka, tetapi secara konkrit, empiris serta objektif dan dapat di buktikan.

 

Hal itu, ia sampaikan dalam jumpa pers di KPU RI usai menyampaikan dukungan publik terkait kampanye #PilihHAM yang terdiri dari petisi online, penulisan surat fisik yang telah digalakkan oleh Amnesty International Indonesia, pada Rabu (6/12/2023).

 

“Dapat kami lihat juga perkembangannya, bukan hanya janji-janji manis tapi juga solusi secara real yang di rasakan khususnya kepada kami anak muda,” pungkasnya.

 

Alasan itulah, kehadiran dia mewakili anak-anak muda untuk mendorong Komisi Pemilihan Umum (KPU) memberikan wadah bagi kaum anak muda.

 

“Kami disini pemuda apalagi baru yang mengikuti pemilu memiliki keresahan dan kebingungan apakah akan didengar oleh Paslon Capres dan Cawapres yang akan melakukan debat nanti,” ujar dia.

 

“Kami ingin mewakili suara pemuda bagaimana para Capres dan Cawapres menanggapi suara kami khususnya konteks HAM terkait kebebasan berespresi, pelangaran HAM berat masa lalu, akuntabilitas aparat,” lanjutnya.

 

Hal sama disampaikan oleh Sevy dari Amnesty International Indonesia Chapter Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta menegaskan bahwa hampir 54% Daftar Pemilih Tetap (DPT) itu anak muda. “Termasuk kami yang akan memilih di pemilu 2024 nanti,” kata Sevy.

 

Untuk itu, sevy mengajak anak muda indonesia turut serta dan berkontribusi dalam menyimak gagasan yang nanti disampaikan oleh para Paslon Capres dan Cawapres di acara debat nanti.

 

“Kami ingin sebagai anak muda Gen Z, kaum milineal tidak hanya di jadikan pendulang suara saja tapi juga poice kita, suara kita di perdengarkan di dalam perdebatan Capres dan Cawapres nanti,” ujar Sevy.