Dengan berbasis riset inilah, solusi bisa dengan mudah ditemukan agar masyarakat mudah menerima dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Sementara melalui pendekatan program menurut Gandi, hal itu masih belum menyentuh pada masyarakat.

Sebagai contoh saat dirinya turun langsung ke lapangan, ia menganggap pada Program Pemberian Makanan Anak dan Balita (PMT) belum tepat sasaran. Biskuit anak dan balita yang diberi kepada masyarakat untuk penanganan stunting hanya dijadikan sebagai suguhan dan camilan apabila ada tamu yang berkunjung ke rumah mereka.

Diketahui di wilayah kerja Puskesmas Pacellekang, terhitung jumlah anak Stunting per Februari 2022 antara lain delapan anak di Desa Pacellekang, lima anak di Desa Je’nemadinging, dan tujuh anak di Desa Panaikang.

Dosen dan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Prof. Veni Hadju mengatakan, WHO menyatakan apabila di suatu negara angka anak Stunting lebih dari 20%, maka negara tersebut terdapat daerah yang masih belum terjangkau pelayanan secara optimal. Berarti negara tersebut belum memberikan pelayanan yang adil kepada seluruh masyarakat. Indikator tersebut di antaranya keadilan kesejahteraan. Lebih dari pada itu, mengindikasikan bahwa memberikan perhatian yang sama atau tidak bagi seluruh masyarakat, baik di tingkat dusun, desa (kelurahan), kecamatan, dan seterusnya.

“Tentu dalam hal aspek pendidikan dalam hal ini ibunya kurang berpendidikan, dalam aspek sosial, dia situ banyak orang miskin yang tidak tertanggulangi, atau pelayanan kesehatan yang tidak bisa dijangkau oleh masyarakat,” jelasnya.

Perbedaan anak pendek dan anak kurus diindikasikan kalau anak kekurangan gizi. Anak kurus dikategorikan sebagai kekurangan gisi akut atau kondisi yang terkini, kondisi yang dia kurangi saat ini. Misalnya penyakit infeksi atau kekurangan makan seperti paceklik, atau kelaparan karena akibat perang. Apabila orang tidak makan, berat badannya akan menyusut sehingga dia kurus.