Walaupun kini Pemprov Sulsel berencana akan membangun kembali secara sederhana tak seheboh lagi konsep awalnya, tetapi menurut saya sebagai pengopini, “Kita telah membakar buku yang menceritakan tentang diri kita sendiri”

 

Seandainya NA atau Pemrov atau DPRD kala itu merekomendasikan membangun SSIS (Sulsel International Stadium) di kawasan lain maka tentu hasilnya akan berbeda. Sebab kita membuka atau menciptakan halaman buku yang baru sebagaimana Anies ciptakan JIS di DKI. Toh sebab tak disangka Gubernur kala itu NA dicokok KPK, maka tak ada penyesalan bagi kita sebab Mattoanging tetap berdiri kokoh, tetap jantan dan berkokok walau telah termakan usia.

 

Kini Mattoanging menyisakan onggokan

bangunan yang roboh, genangan air terlihat seperti kubangan, rerumputan ilalang tumbuh liar bagai hutan di dalam kota. Pekan lalu saya melintas di kawasan itu, tak terasa menetes sebening cairan. Bagiku pribadi, banyak cerita lahir dari stadion itu, sebagai penonton, pemanjat dinding stadion, suporter, peliput, pengelola PSM, hingga sebagai ketua panitia pertandingan.

Akhir cerita, “selamat jalan Mattoanging. Terima kasih, sebab selama berpuluh puluh tahun kau hadir memberi kami kebanggaan melalui cerita dan heroik mu”