Salakan mungkin bukan kota besar, tapi justru dari tempat seperti inilah kita bisa melihat bagaimana profesi kesehatan hadir dalam bentuk yang lebih membumi. Sebagai ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, Salakan menyimpan banyak cerita soal ketahanan hidup masyarakat pesisir. Salah satu tantangan utamanya adalah soal kesehatan—terutama akses terhadap informasi dan layanan farmasi yang belum merata.

Di sinilah peran Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Salakan menjadi penting. Bukan sekadar organisasi, PAFI Salakan (https://pafisalakan.org) menjadi ruang kolaborasi antar tenaga farmasi untuk memperkuat kontribusi mereka di lapangan. Keberadaan mereka menandai semangat bahwa edukasi obat dan layanan farmasi tak boleh berhenti di balik meja apotek saja, tapi juga harus hadir di tengah kehidupan masyarakat sehari-hari.

Masih banyak warga yang bingung membedakan jenis obat, fungsi, dan aturan pakainya. Dalam situasi seperti ini, pendekatan informal sering kali lebih diterima dibanding penyuluhan yang kaku. Para anggota PAFI Salakan menyadari hal itu, dan perlahan ikut serta menjembatani informasi kesehatan agar tidak hanya dimengerti, tapi juga bisa dijalankan oleh masyarakat.

Tanpa banyak formalitas, sebagian anggota PAFI kerap memberikan pemahaman dasar tentang obat kepada warga sekitar saat mereka berkegiatan di komunitasnya masing-masing. Entah itu sambil bercengkerama di pos ronda, saat antre di puskesmas, atau bahkan ketika menemani keluarga yang sedang sakit. Aktivitas seperti ini mungkin tidak selalu terdokumentasi, tapi dampaknya terasa.

Tak hanya aktif di lapangan, PAFI Salakan juga menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Kini, mereka telah memiliki situs resmi di pafisalakan.org yang menjadi sumber informasi terpercaya bagi masyarakat sekitar. Situs ini memudahkan warga yang ingin belajar lebih banyak tentang dunia farmasi, baik itu mengenai obat-obatan, dosis yang tepat, hingga cara pemakaian yang benar.

YouTube player