Kesehatan bukan hanya sekadar soal menjaga pola makan dan olahraga. Di balik itu semua, ada kesiapan mental dan pengetahuan dalam menghadapi penyakit menular yang bisa datang tanpa aba-aba. Kota Tanjung Balai, yang selama ini relatif tenang dari isu kesehatan besar, pada Februari 2025 dihadapkan pada situasi genting dengan adanyakasus dugaan difteri muncul dan menggemparkan masyarakat. Meskipun belum dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB), hal ini cukup menjadi alarm yang membangunkan kesadaran banyak pihak.

PAFI Kota Tanjung Balai (https://pafikotatanjungbalai.org) menyadari, ini bukan sekadar krisis kesehatan, melainkan juga momen penting untuk menguatkan sinergi antara tenaga farmasi, masyarakat, dan pemerintah dalam meningkatkan literasi serta kesiapsiagaan publik menghadapi potensi wabah.

Fokus pada Edukasi Obat yang Benar dan Aman

Satu isu yang tidak boleh dianggap remeh adalah kebiasaan sebagian masyarakat yang masih salah dalam menggunakan obat. Banyak yang menganggap obat bisa dikonsumsi kapan saja tanpa konsultasi, bahkan ada yang menyimpan sisa antibiotik untuk digunakan sewaktu-waktu. Padahal, pemakaian obat yang salah bisa menyebabkan resistensi, efek samping serius, bahkan gagal fungsi organ.

PAFI Kota Tanjung Balai secara aktif turun ke lapangan dan menyelenggarakan penyuluhan langsung. Mereka membagikan brosur, mengadakan kelas mini edukasi di fasilitas layanan kesehatan, hingga membuka diskusi interaktif di media sosial. Materi yang disampaikan meliputi cara membaca label obat, memahami takaran dosis, mengenal efek samping, dan pentingnya resep dari tenaga kesehatan. Tujuannya jelas: menciptakan masyarakat yang lebih kritis, cerdas, dan bijak dalam mengonsumsi obat.

Difteri dan Pentingnya Imunisasi Massal

Kasus difteri yang muncul di awal tahun menunjukkan betapa vaksinasi masih menjadi hal yang perlu terus didorong. Pemerintah lewat Kementerian Kesehatan langsung meluncurkan program Outbreak Response Immunization (ORI), yakni imunisasi darurat terhadap difteri tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.

YouTube player