Kecenderungan Mendiskriminasi atau Menormalisasi dari Bias
Melihat dari contoh historis dari para nabi yang muncul dikalangan mayoritas orang-orang yang berada pada kejahiliaan justru yang minor adalah kunci agar mereka terlepas dari sifat jahiliah mereka.
Suatu hal yang tidak sesuai dengan perspektif kita bukanlah suatu keburukan total melainkan otak manusia hanya menyimpulkan terlebih dahulu dengan pendekatan yang ada yang setelahnya menyusul pertimbangan lain setelah melihat suatu dampak atau risiko.
Kecenderungan dari lingkungan dan pengalaman menumbuhkan persepektif yang cepat dan berbeda-beda. Kecenderungan buruk muncul karena pertemuan hal-hal yang buruk, baik itu circle, doktrin, sudut pandangan buruk, atau pendekatan-pendekatan yang sesuai emosional saat itu sehingga menjadi lebih baperan apalagi untuk Gen Z yang moody-an.
Sebaliknya, kecenderungan positif terjadi karena lingkungan positif, pertimbangan yang berulang kali dilakukan sehingga tidak menemukan keputusan yang cepat yang kemudian menjadi sebuah kesalahan atau risiko. Asumsi yang berangsur-angsur ditemukan kemudian disaring satu persatu sehingga menjadi sebuah kebenaran dalam artian mengurangi potensi risiko.
Fokus pada Cognitive Bias, dampak dari kecenderungan yang buruk dapat menjadi kesalahan fatal dalam berpikir, sehingga memunculkan banyak hal yang ternormalisasi karena kecenderungan yang buruk. Misal, dualisme yang terjadi dalam sebuah organisasi adalah bentuk dari egoisme sehingga tamak dalam mengambil tongkat stapet kepemimpinan, hal itu merupakan bentuk dari salah satu sifat cognitive bias.
Adapun yang menjadi efek pada bias kognitif adalah, pertama: Anchoring Effect (Efek Jangkar) kecenderungan kepada informasi awal sehingga membuat potensi keputusan yang kurang relevan.
Kedua: Confirmation Bias Effect (Efek Konfirmasi bias) ialah kecenderungan mencari fakta pendukung dari pengalaman atau kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, dan hal ini berpotensi untuk mengabaikan informasi yang bertentangan.

Tinggalkan Balasan