Menurutnya, kemunculan kembali Barong’s Band menjadi bukti bahwa semangat berkesenian Eros Djarot tidak pernah padam, meskipun dirinya kini lebih banyak berkiprah di ranah politik dan media. “Banyak sekali bakat, talenta, dan semangat yang dimiliki Mas Eros. Ia tetap produktif meski sudah tidak muda lagi,” katanya.

Dalam pertunjukan itu, Eros Djarot tidak hanya tampil sebagai musisi, tetapi juga menyisipkan pesan-pesan kebangsaan, demokrasi, antikorupsi, serta nilai-nilai etik dan spiritualitas. “Mas Eros menekankan pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Ia tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik lewat musik,” ujar Viva Yoga.

Ia juga mengapresiasi kolaborasi lintas generasi yang ditampilkan dalam konser tersebut. Baginya, kemampuan Eros Djarot berkolaborasi dengan para milenial menunjukkan pentingnya regenerasi dalam dunia seni. Anak-anak muda diajak untuk mencintai karya-karya bermutu dari masa lalu, sekaligus menjadi bagian dari pelestarian budaya musik Indonesia.

“Lagu-lagu ciptaan Mas Eros seperti Selamat Tinggal Kekasih dan Pelangi, yang dibawakan Once Mekel malam ini, tetap terasa segar dan menyentuh, padahal lagu-lagu itu hits di era 1970–1980-an,” ungkapnya.

Viva Yoga berharap semangat Eros Djarot yang tak kenal lelah dalam berkarya bisa menjadi inspirasi bagi para seniman muda Indonesia. “Perlu ketelatenan dan kesabaran untuk menghasilkan karya yang monumental. Mas Eros telah membuktikan hal itu dengan dedikasi panjangnya di dunia musik dan budaya,” pungkasnya.

Pentas Barong’s Band Milenial malam itu bukan sekadar konser musik, tetapi juga perayaan atas ketekunan berkesenian, dialog lintas generasi, dan panggilan untuk tetap setia pada idealisme berkarya di tengah arus zaman. GKJ menjadi saksi bahwa semangat berkesenian sejati tak pernah lekang oleh waktu. (*)

YouTube player