Perubahan pola produksi. sebelum penjajahan, masyarakat menanam untuk kebutuhan sendiri (subsisten farming). Namun dibawah kekuasaan kolonial, orientasi pertanian bergeser menjadi komersial demi kepentingan penjajah.

Pada keadaan penjajahan warisan budaya tetap dijalankan sebagai nilai sosial dan budaya dalam pertanian.

Pertanian tidak hanya menjadi kegiatan ekonomi, tetapi juga memiliki dimensi sosial dan spiritual. Masyarakat diberbagai daerah melakukan upacara-upacara tradisional seperti.

“Sedekah bumi (Jawa) sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen. Mapag sri (Sunda) menyambut padi sebelum masa panen.
Ritual panen di Toraja mencerminkan hubungan antara manusia, leluhur, dan alam.”

Gotong royong menjadi nilai utama dalam kegiatan bertani. Masyarakat saling membantu saat menanam dan memanen sebagai bentuk solidaritas dan kebersamaan.

Pertanian indonesia pada masa lalu adalah cerminan dari kehidupan yang menyatu dengan alam dan komunitas. Meskipun dijalankan dengan alat dan teknologi sederhana, sistem ini mencerminkan kearifan lokal, ketahanan sosial, serta kemampuan beradaptasi yang tinggi. Dampak kolonialisme memang mengubah arah pertanian tradisional, namun nilai-nilai seperti gotong royong, kearifan lokal, dan penghormatan terhadap alam tetap menjadi warisan yang berharga hingga hari ini.

Dalam masa yang serba canggih ini, kita juga harus mempelajari dan memahami sejarah pertanian indonesia hal ini penting untuk menyusun kebijakan pertanian yang adil, berkelanjutan, dan berpihak kepada petani kecil.

Pertanian Indonesia 2025 Target Pemerintah dan Tantangan yang Dihadapi

Target pemerintah swasembada pangan dan perluasan lahan pertanian. Pada tahun 2025, pemerintah indonesia menargetkan untuk mencapai swasembada pangan, dengan fokus pada komoditas utama seperti beras, jagung, dan kedelai. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah perluasan lahan pertanian sebesar 3 juta hektare dalam lima tahun kedepan.

YouTube player