Selanjutnya beliau menyampaikan apa saja tugas tim yang telah terbentuk yaitu memastikan berjalannya pembersihan kawasan pesisir terutama gedung atau bangunan sejak Kamis, 27 Januari hingga Minggu, 30 Januari.

Hasna, warga pesisir pantai Merpati yang sekaligus terlibat dalam Serikat Nelayan Bulukumba (SNB) angkat bicara terkait terbitnya surat itu sekaligus menyampaikan kekecewaannya atas ketidak hadiran Bupati dan Wakil Bupati dalam rapat tersebut.

“Kalau pemerintah mau membangun silahkan, tapi kasi jelas juga nasib kami ini. Jangan asal minta pindah atau bongkar rumah kami. Pikir juga apa solusinya untuk kami. Itu kenapa kita mau hadir dalam rapat ini, untuk duduk bersama mencari jalan keluar. Tapi ini malah kami datang, terus bapak Bupati dan wakil Bupati yang tidak datang, padahl beliau yang mengundang,” ujarnya.

Ia juga mengataka walaupun walaupun rumahnya telah dibongkar, pihaknya tidak akan pergi karena hanya itu rumahnya.

“Kalau memang keputusannya paling lama hari Minggu rumah kami harus terbongkar dan kami harus pergi, sepertinya kami tidak akan lakukan itu. Karena biar bapak bongkar paksa itu rumah baru minta kami bawa pindah, mau juga dipindahkan kemana. Itu ji satu-satunya rumah ku.” Lanjut Hasna.

Alim yang juga merupakan anggota SNB menambahkan apa yang sebelumnya disampaikan oleh Hasna.

“Kita ini tidak ada rumah atau tanah ta lagi selain disana, mau dibawa kemana kami ini kasian. Seandainya mampu ka sedikit, mungkin saya sudah ke Kalimantan atau Malaysia untuk cari kerja. Coba bapak jalan kesana pada tengah malam, banyak warga ta disana pak berenang pungut-pungut rumput laut yang disapu ombak kasian. Berenang ki karena tidak ada perahu. Monro ki kuro Tania asogireng isappa kasi, tapi anre esso-esso’e (Kami tinggal disana bukan untuk kaya, tapi sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari),” ucap Alim.