Rudi Tahas atau yang kerap disapa Injet ketua AGRA Bulukumba yang sejak awal terlibat aktif bersama warga menentang upaya pengusuran tersebut juga angkat Bicara.

“Mereka yang hadir disini tinggalnya di bola-bola (pondok) yang sebenarnya tidak layak untuk mereka tempati sebagai tempat tinggal. Tapi karena persoalan hidup dan mereka melihat peluang itu disana sehingga mereka kesana dan bertahan hidup hingga saat ini. Meskipun pendapatnya pas-pasan, tapi bagi mereka itu sudah cukuplah untuk bertahan hidup,” jelasnya.

Dia kemudian memaparkan data yang mereka dapatkan langsung di lapangan.

“Data yang kami peroleh, terdapat puluhan KK yang tidak memiliki tempat tinggal lain. Mereka yang sebelumnya di sebutkan berasal dari Kasimpureng dan memiliki rumah disana ternyata tidak demikian. Di Kasimpurang ataupun tempat lain, yang ada adalah rumah keluarga, orang tua dan saudara,” katanya.

“Itupun kebanyakan tinggal 3-5 KK dalam 1 atap. Itulah kami golonglan tidak memiliki rumah. Pun mereka harus kesana nantinya, bagaimana aktivitas produksi mereka berikutnya untuk bertahan hidup ? mereka hidup disitu untuk lebih dekat mengakses pekerjaan mereka,” tuturnya.

“Kalau mereka disuruh pindah dan jauh dari pekerjaan mereka satu-satunya, bagaimana nasib mereka nantinya ? ingat disana ada sekitar 50 Balita dan Batita yang butuh gizi yang baik untuk hidup mereka. Belum lagi dalam rancangan proyek, sama sekali tidak ada ruang yang terlihat untuk masyarakat melakukan aktivitas produksinya. Jadi dalam masalah ini, memang di Butuhkan solusi yang Bijak agar tidak ada pihak yang dirugikan,” ujarnya.

Kepada warga yang hadir dalam pertemuan, ketua Tim, Djunaidi mengungkapkan bahwa ia akan menyampaikan aspirasi yang disampaikan oleh warga dalam pertemuan ini kepada bupati Bulukumba Andi Mukhtar. Namun, ia juga meminta kerja sama warga untuk mematuhi perintah pengosongan kawasan Pantai Merpati.