Pluralisme yang kami anut, kata dia, bukan pluralisme parenial. s
Sebab pluralisme semacam ini tidak akan dapat menjelaskan titik temu kedua hal tersebut, dikareanakan cara pandangnya melihat realitas.

“Pluralisme yang kami yakini sebagai kader Kesatuan Pemuda Nusantara, pluralisme yang kami yakini sampai saat ini itu harus bersifat religius, pandangan ini tentu sangat baru dalam dunia pemikiran, meski demikian hanya dengan cara pandang seperti inilah yang mampu menciptakan keharmonisan dalam tumbuh NKRI dan terciptanya Peradaban Pancasila yang mulia,” jelasnya.

Sebagai pemuda harus menciptakan sebuah terobosan baru dan menjadi bagian vital dalam pergulatan pemikiran di zaman mutakakhir ini.

Jika tidak, maka kita hanya akan menjadi pemuda yang menjadi sebab ketidak terciptanya persatuan dan keutuhan bangsa ini.

Sebagai Pemuda yang menjadi bagian terpenting dalam gerak kemajuan sebuah bangsa, harus menciptakan perubahan yang mengikuti koteks zaman, bukan perubahan yang revolusioner sebagaimanan kaum marxian yang melihat keniscayaan sebuah perubahan.

Dan juga tidak pada bentuk demontrasi yang hendak menjadi anti tesa dari pemerintahan sebab pemuda maupun masyarakat tidak semestinya dibenturkan.

Sebagai Organisasi Pemuda Yang Ber-Ideologi Pancasila, harus menjadi garda terdepan demi menjaga keutuhan NKRI baik secara pemikiran maupun itu dalam bentuk fisik.

Sebagimana kami yakini Pancasila adalah penerapan setiap agama dalam konteks ke indonesiaan.

Kesatuan Pemuda Nusantara sebagai organisasi yang menjadi lokomotif pemuda Indonesia untuk membumikan pancasila

“Karena itu saya katakan dan tak henti-hentinya mengatakan menumbuhkan kesadaran pancasila sangat penting untuk generasi muda dan
Pemuda harus berperan aktif dan memperjuangkan serta membumikan ideologi pancasial.
Kalau bukan kita, siapa lagi,” pungkasnya. (*)