Opini: Ramadhan Pergi, Masjid pun Ikut Pergi
Kebanyakan yang terlihat dalam masjid setelah bulan ramadhan, hanyalah orang-orang tua, yang tetap setiap dalam memakmurkan masjid.
Padahal tenaga muda dalam masjid juga sangat di perluka, seperti halnya dalam mengumandangkan adzan, alangkah tidak syahdunya jika yang mengumandangkannya adalah seorang tua yang sudah kehilangan gigi.
Juga sebagai imam, kita memerlukan imam yang suaranya bagus, tajwidnya bagus dan hafalannya bagus. Dan ini bisa kita temui pada diri orang-orang yang masih dalam masa produktifnya, bukan pada orang tua yang telah renta dan sudah pensiun.
Ingatlah bahwa masjid tetap buka, sekalipun ramadhan telah tutup. Masjid tetap terbuka bagi semua ummat Islam, bukan hanya untuk sekedar sholat, melainkan juga untuk bermajelis ilmu, berdiskusi, rapat, buka puasa, beristirahat dan sebagainya.
Masjid adalah milik kita bersama, oleh karena itu sepantasnyalah kita memakmurkannya, merawatnya, membiayainya pun secara bersama.
Hakekat gotong royong dapat terlihat jika masayarakat nya bersama-sama memelihara tempat kepentingan umum, salah satunya ialah masjid.
Penulis: Ma’arif Amiruddin (Mahasiswa / Aktivitas Perubahan)
Tinggalkan Balasan