Program ini dimulai dengan pelatihan selama tiga hari (Agustus 2021), dengan melibatkan kelompok petani kopi serta kalangan muda di Desa Boneposi. Akhsan yang merupakan fasilitator desa binaan Yayasan Hadji Kalla turun langsung sebagai pemateri yang mengajarkan warga Desa Boneposi mengolah kopi grade B menjadi produk pengharum. Jenis kopi yang digunakan sebagai bahan pembuatan produk pengharum ini adalah arabika dan robusta grade B, sementara grade A masih tetap diolah menjadi bubuk kopi.

Peserta pelatihan diajarkan untuk menyortir biji kopi, lalu masuk dalam tahap fermentasi kopi, pembuatan kemasan, dan  packaging/branding. Kegiatan ini melibatkan 25 orang warga dalam tiga sesi pelatihan yang dimulai sejak pertengahan Agustus 2021.

“Saat ini, kami sudah memasuki tahapan penjualan. Salah satu usaha yang dilakukan adalah penjualan melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook. Adapun yang dilakukan secara konvensional adalah mengenalkan produk ini di berbagai kegiatan di tingkat lokal daerah. Sudah banyak produk yang kita jual eceran, semoga kedepannya dapat terus dikembangkan dengan membuat berbagai produk olahan kopi lainnya.  Saya dan warga akan mencoba menjajaki komunikasi dengan pihak Disperindag untuk mendapat sertifikat P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga) agar produk ini dapat lebih dikenal,” jelas Akhsan.

Keunggulan dari produk olahan pengharum kopi Desa Boneposi ini adalah wanginya yang bisa tahan lebih lama karena sebelum dikemas, terlebih dahulu dilakukan proses fermentasi selama tiga pekan, proses panjang inilah yang membuat produk pengharum kopi Desa Boneposi menjadi tahan lama.

Pada 4 September 2021 lalu, produk olahan Banua Coffee Parfume berkesempatan untuk mengikuti Festival Produk Lokal Luwu yang diadakan di Sentra IKM (Industri Kecil Menengah) Barambing Kabupaten Luwu. Bupati Luwu Dr. H Basmin Mattayang, M.Pd, yang turut hadir dalam acara tersebut menjadi salah satu pembeli dari produk Banua Coffee Parfume.