JAKARTA – Peristiwa penyelundupan manusia terjadi di Kota San Antonio, Amerika Serikat, Senin (27/06). Sedikitnya 46 orang ditemukan tewas dalam truk kontrainer.

Menurut informasi, para korban merupakan migran yang tak berdokumen.

Kata Petugas pemadam kebakaran, selain korban meninggal, 16 orang termasuk empat anak dilarikan ke rumah sakit.

Tubuh para korban yang selamat itu dalam kondisi panas. Diduga mereka mengalami serangan panas dan kelelahan.

San Antonio, yang berjarak 250 kilometer dari perbatasan AS-Meksiko, merupakan rute transit utama kartel penyelundup manusia.

Kelompok ini sering menggunakan truk untuk mengangkut migran tidak berdokumen. Mereka biasanya diangkut dari daerah terpencil setelah berhasil melewati aparat perbatasan dan menyeberang ke Amerika Serikat.

“Para korban yang meninggal ini memiliki keluarga… dan kemungkinan besar berusaha mereka tengah mencari kehidupan yang lebih baik,” kata Wali Kota San Antonio, Ron Nirenberg.

“Ini sungguh tragedi kemanusiaan yang mengerikan,” ujarnya.

Petugas kedaruratan tiba di tempat kejadian sekitar pukul enam sore waktu setempat. Mereka mendapat laporan tentang keberadaan sejumlah mayat, kata kepala pemadam kebakaran San Antonio, Charles Hood.

“Kami tidak seharusnya membuka truk dan melihat tumpukan mayat di sana. Tak satu pun dari kami pernah membayangkan akan menghadapi situasi itu saat bekerja,” ucap Hood..

Hood berkata, truk itu ditemukan dalam kondisi ditinggalkan pengemudinya. Kendaraan itu tidak memiliki pendingin udara. Air minum juga tidak ditemukan di truk tersebut.

Iklim San Antonio sangat panas selama musim panas. Senin kemarin suhu kota itu mencapai 39,4 derajat Celsius. Para korban diduga meninggal karena kelelahan dan dehidrasi.

Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, mengatakan bahwa dua warga negara Guatemala termasuk di antara mereka yang dibawa ke rumah sakit.