JAKARTA – Penggerebekan yang dilakukan oleh kepolisian di daerah kumuh Rio de Janeiro pada Kamis (21/7) kemarin memakan korban sebanyak 18 orang yang dilaporkan tewas dalam insiden tersebut.

Baca Juga : Rapimnas IKAMI Sulsel, Danny Disebut Walikota International

Penggerebekan tersebut bertujuan untuk melumpuhkan kelompok diduga sebagai kriminal yang berada pada kompleks Alemao.

Melansir dari CNNIndonesia.com, kelompok tersebut diduga terlibat dalam pencurian kargo, perampokan bank dan merencanakan serangan ke daerah kumuh lawannya.

Penggerebekan besar-besaran tersebut melibatkan sekitar 400 polisi dan mengerahkan 10 kendaraan lapis baja.

 

Menurut keterangan dari salah seorang polisi mengatakan bahwa diantara 18 korban tersebut terdapat 16 yang menjadi tersangka kriminal, seorang polisi dan satu wanita.

“Sedikitnya 18 orang tewas dalam serangan itu: seorang polisi, 16 tersangka kriminal, dan seorang wanita,” jelasnya dilansir dari CNNIndonesia.com

Kantor pembela umum negara tersebut menerangkan bahwa jumlah korban tewas yang luar biasa tersebut memicu kekhawatiran akan pelanggaran hak asasi manusia dan memungkinkan untuk dicatutkan menjadi operasi dengan jumlah kematian tertinggi di Rio de Janeiro.

“Ada tanda-tanda pelanggaran hak asasi manusia besar, dan kemungkinan ini menjadi salah satu operasi dengan jumlah kematian tertinggi di Rio de Janeiro,” ucapnya.

Pasukan polisi negara bagian Rio tengah gencar melakukan penggerebekan di daerah kumuh kota. Bahkan, Presiden Brasil Jair Bolsonaro mendukung tindakan tegas terukur polisi dalam memerangi kejahatan yang terorganisir, dan mengatakan gangster harus mati seperti kecoak.

Setelah penggerebekan itu penduduk setempat terlihat berusaha menyelamatkan orang-orang yang terluka ke bagian belakang kendaraan untuk dibawa ke rumah sakit sementara polisi mengawasi.

Gilberto Santiago Lopes dari Komisi Hak Asasi Manusia Anacrim mengatakan polisi menolak membantu.

“Kami harus membawa mereka pergi dengan truk minuman, dan kemudian menandai penduduk setempat di mobil mereka untuk membawa mereka ke rumah sakit,” kata Gilberto.

 

Lanjutnya, tidak ada tujuan menangkap namun untuk membunuh sehingga terluka dan menganggap tidak layak mendapat bantuan.

“[Polisi] tidak bertujuan untuk menangkap mereka, mereka bertujuan untuk membunuh mereka, jadi jika mereka terluka, mereka pikir mereka tidak pantas mendapatkan bantuan,” katanya.

Warga sekitar pun marah dan membentak polisi atas peristiwa berdarah tersebut.

“Kami takut tinggal di sini, di mana kita? Afghanistan? Dalam perang? Di Irak? Jika mereka menginginkan perang, kirim mereka ke Irak,” ucap warga tersebut.